The Power of Repetition

Oleh : Ustadz. Sukarmo, ST, MPd.

02 Oktober 2023

بسم الله الرحمن الرحيم

إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا من يهد الله فلا مضل له ومن يضلل فلاا هادي له, وأشهد أن لا اله إلا الله وحده لا شريك له, وأشهد أن محمد عبده ورسوله. أما بعد

Mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap hamba Allah yang dimulai ketika lahir ke dunia hingga suatu ketika dipanggil oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Dalam rentang waktu tersebut, kita diperintahkan untuk mencari ilmu guna kemaslahatan kehidupan di dunia dan di akhirat nanti. Ilmu menjadi pendukung utama untuk menjadi pribadi yang mulia. Ilmu pula yang menjadi pendukung utama untuk mampu berperan aktif membangun peradaban. Rasulullah telah menyatakan dalam haditsnya bahwa sebaik baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia yang lainnya (خيركم أنفعكم للناس ). Semakin banyak manfaat bagi sebanyak banyaknya manusia maka semakin baiklah ia. Hal ini harus menjadi cita-cita kita sebagai kaum muslimin agar kita bisa memberikan manfaat yang besar untuk kehidupan umat manusia, untuk membangun peradaban yang mulia, menjadikan dunia bercahaya. Dunia mengharapkan kehadiran atau peran umat Islam. Dunia rindu untuk diarsiteki oleh umat terbaik. Dulu umat Islam adalah umat terbaik, umat yang menggantikan peradaban yang sebelumnya sudah establish, sudah kokoh yaitu peradaban Rumawi dan Persia. Namun ketika Islam datang, ia membawa peradaban yang jauh lebih baik dibandingkan dengan kedua peradaban sebelumnya. Sejarah mencatat dengan tinta emas akan peran umat Islam dalam menyelamatkan dunia dari gelap gulita hingga Barat berhutang budi terhadap Islam dan kaum muslimin yang telah menyelamatkan mereka dari cengkraman gereja. Itulah kemanfaatan umat Islam untuk dunia, bukan hanya skop lokal atau nasional tetapi melintasi batas-batas territorial regional hingga mencakup seluruh sudut dunia ini karena memang Rasulullah diutus untuk seluruh umat manusia (إنا ارسلناك إلا كافة للناس ). Namun demikian, kita sekarang kehilangan peran untuk memberikan kemanfaatan bagi kehidupan umat manusia. Jangankan tingkat internasional, untuk diri dan lingkungan kita pun kemungkinan masih kecil. Ketika umat Islam kurang manfaatnya maka dunia akan hancur karena akan diisi oleh kelompok manusia yang lainnya yang tidak memiliki keimanan dan bersifat merusak dunia ini. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana agar cahaya Islam kembali berkibar seperti generasi awal. Jawabannya adalah umat Islam harus kembali menggali keilmuan tentang agamanya. Kembali kepada cahaya yang sudah diturunkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Rasulullah menerangkan kepada kita,

تركت فيكم البيضاء ليلها كالنهارها, Aku tinggalkan kepada kalian sesuatu yang terang benderang, malamnya seperti siangnya. Islam sudah dijelaskan oleh Rasulullah dengan sejelas-jelasnya. Dengan Islam dunia  akan terang benderang. Kejahiliyahan akan hancur luluh, segala bentuk paganisme tak lagi punya tempat untuk tumbuh. Ajaran Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam tersebut tercatat dalam kitab-kitab para ulama yang bisa kita baca saat ini. Namun demikian untuk menguasai itu semua, butuh kesabaran, keuletan, pengorbanan yang tidak sedikit sehingga ilmu yang sangat berharga tersebut hadir di dalam diri kita. lantas bagaimana caranya?

Seorang pelukis yang namanya Michael Angelo mengatakan “if they knew how hard I had to work to get my mastery, it is not seem wonderful at all (Jika mereka tahu betapa kerasnya aku berusaha untuk mendapatkan keahlianku yang sangat luar biasa, sebenarnya tidak ada yang aneh sama sekali). Artinya bahwa Michael Angelo berupaya dengan kerja keras yang sangat luar biasa yang tidak diketahui oleh orang banyak yang hasilnya nampak diketahui oleh orang lain yang orang lain tidak tahu betapa kerasnya ia berusaha untuk mendapatkan prestasi yang gemilang tersebut. Thomas Alpha Edison mengatakan success is 90 percent of perspiration and 10 percent of inspiration, sukses adalah 90% keringat dan 10% inspirasi. Ketika seseorang ingin hasil yang besar, maka upaya juga harus besar.

Dalam kegiatan memperdalam ilmu, pengulangan terhadap ilmu adalah suatu keharusan. Kegiatan pengulangan adalah dalam rangka mengasah kemampuan atau mengasah ilmu agar ilmu semakin menyatu dengan diri kita. Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang tersedia di dalam diri kita, bukan yang ada di lembaran-lembaran kertas. Bagaimana untuk bisa masuk ke dalam diri kita dan menyatu dengan diri kita, maka pengulangan adalah suatu hal yang harus dilakukan. Seorang murid kesayangan Imam Asy Syafi’i yaitu Imam Al Muzani mengatakan:

قرأت كتاب (الرسالة) للشافعي خمسمائة مرة, ما من مرة منها إلا واستفدت فائدة جديدة لم أستفدها في الأخرى

Aku membaca kitab Arrisalah Imam Asy syafi’i sebanyak lima ratus kali dan setiap kali aku membaca amaka aku mendapat manfaat yang baru yang tidak aku dapatkan pada kali yang lainnya.

Jadi Imam Al Muzani membaca kitab ar risalah sebanyak lima ratus kali dan mendapatkan lima ratus  faidah atau manfaat.  Kita bisa bayangkan membaca kitab sampai khatam sebanyak lima ratus kali, tentu akan menjadikan kitab tersebut seperti menyatu dengan dirinya. Coba kita perhatikan diri kita, mengapa kita bisa hafal surat Al Fatihah? Jawabannya karena kita diperintahkan untuk membacanya setiap sholat dan sudah berapa tahun kita mengulang surat tersebut. Misalnya anak mulai diperintahkan untuk sholat di usia tujuh tahun hingga kalau di usia sepuluh tahun tidak juga sholat maka dipukul supaya sadar dan dalam rentang waktu antara tujuh hingga sepuluh tahun orang tua tidak atau jangan bosan untuk memerintahkan anak untuk sholat. Kalau kita hitung selama rentang waktu tiga tahun berarti satu tahun terdiri dari 365 hari dan setiap hari membaca alfatihah sebanyak 17 kali berarti dalam rentang waktu tiga tahun sebanyak 18.615 (delapan belas ribu enam ratus lima belas) kali. Dengan pengulangan tersebut masti anak lama-lama akan hafal dengan sendirinya. Artinya surat Alfatihah melekat di dalam benaknya dan jika sholat dilakukan sepanjang hayat maka akan semakin melekat. Itulah kekuatan dari pengulangan terhadap melekatnya ilmu dalam diri seseorang. Ketika ilmu tersebut disampaikan kepada yang lainnya maka berarti ia pun melakukan pengulangan karena menyampaikan berarti mengulang pengucapan sehingga orang lain mengerti, berarti ilmunya akan semakin kuat. Makanya Rasulullah mengatakan

خير كم من تعلم القرأن وعلمه

(sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al Quran dan mengajarkannya).

Ilmu tidak akan hilang dengan diberikan ke orang lain. Berbeda dengan harta yang akan semakin berkurang kalau diberikan. Ilmu diberikan kepada orang lain akan menambah keberkahan bagi diri dan orang lain dan ilmu tersebut akan semakin kokoh menancap di dalam diri kita.

 Sayidina Ali bin Abi tholib ra mengatakan dalam sebuah syair dalam kitab ta’limul muta’alim

رضينا قسمة الجبار فينا                      لنا علم وللأعداء مال

فإن المال يفنى عن قريب                    وإن العلم يبقى لا يزال

Kami ridho dengan pembagian orang-orang kuat pada kami

Kami memiliki ilmu dan musuh kami memiliki harta

Maka sesungguhnya harta akan binasa dari pemiliknya

Sedangkan ilmu akan tetap ada dan tidak akan hancur.

Itulah pernyataan dari sayidina Ali radhiallahu anhu yang tentu saja menyentuh kita semua, terutama bagi para pencari ilmu untuk senantiasa bersemangat dalam mencari ilmu dan mengulang-ulang ilmu yang sudah dipelajarinya sehingga ilmu yang diperoleh tidak hilang dari ingatan dan akan tetap abadi, sepanjang sang empunya masih ada.  Melalui pengulangan maka penguasaan ilmu akan semakin mendalam. Stephen R Covey dalam bukunya the 7 habits of highly effective people menyatakan salah satu dari ciri orang yang sangat efektif adalah sharpen the saw, mengasah gergaji. Ilmu itu kalau diasah akan semakin kuat seperti gergaji jika ingin tajam maka harus senantiasa dipertajam dengan cara mengulang-ulang dan menambah wawasan-wawasan baru yang mendukung terhadap wawasan yang sudah ada.  Ada sebuah pepatah dalam bahasa arab yaitu افة علم النسيان, bahaya ilmu adalah karena lupa. Ketika sudah lupa, maka ilmu yang sudah diperoleh tidak memberikan manfaat bagi si pemiliknya sehingga kita harus senantiasa mengupayakan agar ilmu yang sudah kita peroleh tidak hilang dari ingatan kita. Caranya adalah dengan senantiasa mengasah ilmu tersebut dengan mengulangnya, mengamalkan ilmu tersebut dan memberikannya kepada orang lain. Dengan cara tersebut maka insyaa Allah ilmu yang sudah diperoleh tidak akan hilang dari ingatan kita.

Imam Aljazari mengatakan dalam kitab beliau yaitu kitab muqodimah

وليس بينه و بين تركه, إلا رياضة امرئ بفكه

Bahwa pembeda antara orang yang ahli dan orang yang bukan ahli adalah tergantung dari latihan yang terus menerus dengan mulutnya.

Hal ini memberikan gambaran bahwa para ulama pun dalam menuntut ilmu senantiasa mengulang-ulang, senantiasa melakukan muthola’ah sehingga ilmu yang diperoleh akan semakin menghujam di dalam dada. Di pesantren-pesantren tradisional di malam hari biasanya mereka membicarakan ilmu yang sudah diperolehnya dengan cara memberikan permasalahan dalam kehidupan yang disambungkan dengan pelajaran yang sudah diperolehnya. Kegiatan ini dinamakan dengan bahtsul masail, membahas berbagai permasalahan yang ada dalam kehidupan untuk diterapkan dengan fondasi ilmu yang sudah ada. mereka berdiskusi bahkan sampai larut malam sehingga menguras pemikiran yang menyebabkan mereka mengeluarkan pendapat-pendapat dari ilmu yang sudah diperolehnya.

Melalui pengulangan ilmu akan semakin tertancap kokoh di dalam benak kita seperti akar pohon yang kuat menghujam ke dalam tanah, tak akan tumbang walau terkena topan. Akar menghujam ke dalam tanah mampu menyerap sari sari makanan yang bermanfaat untuk tumbuh dan daunnya rindang memberikan manfaat yang besar untuk kehidupan manusia, melindungi manusia dan makhluk lainnya dari panasnya terik matahari, dari polusi karbon monoksida dan zat-zat berbahaya lainnya. Maka jadilah kita seperti pohon yang kokoh kuat dengan ilmu yang ada dalam diri kita. Dengan ilmu maka kita bisa berperan besar untuk menata dunia ini. Kita harus tampil untuk mengubah wajah dunia yang carut marut menjadi dunia yang penuh dengan cahaya yang berkilauan. Masa depan adalah milik umat Islam, jika umat Islam kembali berkiprah untuk menyelamatkan dunia ini. Jangan sampai kita menjadi santapan makanan orang-orang kafir seperti yang digambarkan oleh Rasulullah. Kita harus membuktikan bahwa umat Islam adalah umat yang terbaik. إشهدو بأنا المسلمون saksikanlah Aku seorang Muslim, Aku adalah hamba Allah sehingga Aku memiliki kemampuan yang sangat luar biasa, I’m the great man who ever present in this world, I’m unique, no body ever present before and after. Itu yang harus ada di dalam diri setiap kaum muslimin. Seorang yang namanya Ibnu Rusyd dengan tulisan beliau, Barat bangkit dari keterpurukan ketundukan terhadap aturan gereja yang mencengkram hingga barat memilki peradaban yang luar biasa. Kini balasan mereka adalah kekejaman terhadap umat Islam. Dengan satu tulisan yang ditulis oleh Professor Samuel Huntington yaitu the clash of civilization, peradaban Islam hancur luluh. Kini harus ada Ibnu Rusyd yang baru, harus ada lahir ulama-ulama besar sekelas beliau, sekelas Imam Al Ghazali dan ulama lainnya untuk kembali kita mengembalikan dunia ke tangan Islam. Insyaa Allah Islam will dominate the world, Islam akan mendominasi dunia kembali. Tinggal yang menjadi pertanyaan adalah apakah kita yang memainkan peran ataukah kita hanya menjadi penonton. mari kita buktikan bahwa Islam adalah agama rahmat, agama penuh kasih sayang, bukan agama yang kejam, haus darah seperti yang tergambar dalam benak orang-orang barat. Untuk itu tentu kita kembali kepada ilmu Al Islam yang mulia. Kuasai ilmu Al Islam dari mulai aqidah, tauhid, fiqih dan lain-lainnya dengan cara membacanya, mengulang-ulangnya karena pengulangan adalah sebuah kekuatan (the repetition is power).

Demikianlah sekilas manfaat dari kegiatan pengulangan dalam menuntut ilmu. والله أعلم بالصواب

والحمد لله الذي لنعمته تتم الصالحات, واخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين. ولا حول ولا قوة إلا بالله. انتهى

©2023. Baiturrahman. All Rights Reserved.

Scroll to Top