Detik-detik terakhir Ramadhan bagaikan butiran pasir yang perlahan terjatuh dari telapak tangan. Bulan penuh berkah ini sudah terlihat akan segera meninggalkan kita, tinggal hitungan satu-dua hari saja. Momen-momen penuh kebersamaan saat berbuka puasa, tarawih berjamaah, dan tadarus Al-Quran bersama keluarga dan teman-teman, itikaf di malam-malam terakhir menjadi kenangan yang tak terlupakan. Kini, di penghujung Ramadhan, rasa sedih dan cemas bercampur menjadi satu. Sedih karena Ramadhan segera meninggalkan kita dengan segala limpahan rahmat dan ampunan Allah ﷻ. Cemas karena kita tidak pernah tahu, apakah Allah ﷻ menerima amal yang sudah kita persembahkan sepanjang bulan yang mulia ini.
Tiada yang lebih indah untuk dilakukan oleh seorang muslim di akhir ramadhan ini selain memperbanyak istighfar dan bertaubat kepada Allah ﷻ. Khalifah mulia, Umar bin Abdil Aziz (rahimahullah) pernah mengirim surat kepada seluruh kota kaum muslimin, Beliau memerintahkan agar kaum muslimin di seluruh penjuru dunia memperbanyak istighfar di akhir bulan Ramadhan. Karena istighfar akan menutup lubang-lubang shaum yang terkoyak oleh kelalaian dan rafats. Beliau menutup suratnya dengan memerintahkan kaum muslimin agar berdoa sebagaimana doa-doa ampunan yang dipanjatkan para Rasul yang mulia, alaihimus salam. Beliau berkata:
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ [الأعراف: ٢٣]
Artinya: “Ya Rabb kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak memaafkan kami dan tidak merahmati kami, sungguh kami akan menjadi orang-orang yang merugi.” (QS. al-A’raf: 23)
وَإِلَّا تَغْفِرْ لِي وَتَرْحَمْنِي أَكُنْ مِنَ الْخَاسِرِينَ [هود: ٤٧]
Artinya: “Jika Engkau tidak ampuni Aku, ya Allah, maka aku akan menjadi orang yang merugi.” (QS. Hud: 47)
رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي [القصص: ١٦]
Artinya: “Wahai Rabbku, sesungguhnya aku telah menzalimi diriku sendiri. Maka ampunilah aku.” (QS al-Qashash: 16)
لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ} [الانبياء: ٨٧]
Artinya: “Tidak ada ilah kecuali Engkau. Maha suci Engkau, Ya Allah, sesungguhnya aku termasuk orang-orang zalim.” (QS. al-Anbiya: 87)
Istighfar dan taubat adalah amalan terbaik untuk menutup Ramadhan yang indah ini. Abu Hurairah mengatakan bahwa kesempurnaan Ramadhan ini dikoyak dan dilubangi oleh ghibah (gosip) dan laghwah (perbuatan sia-sia). Maka istighfar adalah penambal lubang-lubang yang disebabkan dua hal tersebut. Hal ini pula yang ditunjukkan dalam hadits ketika ibunda kita, Aisyah radhiallahu anha, diajari doa yang harus diperbanyak di penghujung Ramadhan. Doa tersebut berisi meminta ampunan dari Allah ﷻ dengan redaksi sebagai berikut:
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّيْ
“Ya Allah, Engkau adalah maha pengampun, Engkau mencintai ampunan. Maka ampunilah aku.”
Imam Ibnu Rajab al-Hanbali mengatakan satu kalimat yang sangat menarik untuk diperhatikan. Dalam kitabnya, Lathaif al-Ma’arif, Beliau mengatakan:
أنفع الاستغفار ما قارنته التوبة وهي حل عقدة الإصرار, فمن استغفر بلسانه وقلبه على المعصية معقود وعزمه أن يرجع إلى المعاصي بعد الشهر ويعود فصومه عليه مردود وباب القبول عنه مسدود
“Istighfar yang terbaik adalah, istighfar yang diiringi taubat. Ia (taubat) adalah yang mengurai ikatan candu kemaksiatan. Maka barangsiapa yang beristighfar dengan lisanya, sementara hatinya masih terikat dengan kemaksiatan dan dia berazam (berencana) kembali bermaksiat selepas bulan Ramadhan, maka puasanya ditolak, dan peluang diterimanya sangat kecil.”
Masih dalam kitabnya tersebut, Beliau juga menukil perkataan Ka’ab bin Malik:
قال كعب: من صام رمضان وهو يحدث نفسه أنه إذا أفطر بعد رمضان أنه لا يعصي الله دخل الجنة بغير مسألة ولا حساب ومن صام رمضان وهو يحدث نفسه إذا أفطر بعد رمضان عصى ربه فصيامه عليه مردود
Ka’ab mengatakan: “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan, kemudian dia berbicara dengan jiwanya bahwa selepas Ramadhan berakhir dia (berazam) tidak akan memaksiati Allah, maka dia akan masuk surga tanpa ditanya-tanya dan tanpa dihisab. Namun barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan, kemudian dia berbicara dengan jiwanya bahwa selepas Ramadhan berakhir dia (berencana) kembali memaksiati Allah, maka puasanya ditolak tidak diterima ”
Naudzubillahi min dzalik. Kita berlindung kepada Allah dari hal tersebut.
Maka saya mengajak diri saya pribadi dan teman-teman yang membaca tulisan ini, agar mengisi malam-malam dan hari-hari terakhir ramadhan ini dengan memperbanyak istighfar dan bertaubat atas dosa-dosa yang telah dilakukan. Jika kita tidak memberikan penyambutan terbaik saat ramadhan datang, maka paling tidak kita hantarkan salam perpisahan terindah sebelum Ramadhan meninggalkan kita.
Wabillahi at-taufiq. Wallahu ta’ala a’lam.
Akhukum fillah, @adenihermawan