Review Buku: Komik Imaduddin Zanki

Oleh : Annisa Salsabila

15 Januari 2024

Bukan cuma umat Islam, tetapi dunia mengakui bahwa Shalahuddin Al-Ayyubi adalah sosok pahlawan yang selayaknya dikenang. Dirinya dihiasi oleh sifat kasih sayang kepada umat manusia. Orang Kristen sendiri mengakui, bahwa Shalahuddin Al-Ayyubi telah banyak berbuat baik kepada mereka. Padahal dahulu, ketika pertama kali menguasai tanah suci Al-Quds, mereka berbuat kerusakan, penjagalan dan pembantaian dimana-mana. Meski kita akui bahwa telah sekian lama generasi Islam “dininabobokan” oleh idola-idola yang tak bermutu. Maka, aku ingin mengenalkan seorang guru besar peletak pondasi penaklukkan Palestina, behind the scene dari sosok Shalahuddin Al-Ayyubi.

> Judul Buku: Komik Imaddudin Zanki

> Nama Penulis: Handri Satria Handjaya & Sayf Muhammad Isa

> Tahun Terbit: Cetakan Pertama, Januari 2021

> Penerbit: Salsabila Pustaka Al-Kautsar Grup

> Jumlah Halaman: 164 Halaman

> Profil Penulis: Handri Satria Handjaya adalah seorang comic artist dan ilustrator,animator, dan grafik designer. Ia menempuh pendidikan di Universitas Negeri Jakarta tahun 1999, mengambil jurusan Pendidikan Seni Rupa dan telah meraih gelar sarjana pendidikan. Bersama dengan Sayf Muhammad Isa, ia membangun script yang diangkat menjadi serial komik Muhammad Al-Fatih, Shalahuddin Al-Ayyubi, Barbarossa, dan lain sebagainya.

Ulasan Buku: Dalam buku ini, menceritakan sosok Imaduddin Zanki. Ia adalah seorang anak dari Aq Sunqur Al-Hajib, gubernur Aleppo, Syam. Beliau hidup di tengah Kesultanan Turki Seljuk yang saat itu dipimpin oleh Sultan Malik Syah, sahabat Aq Sunqur. Memiliki seorang adik bernama Tutush dengan gelar Tajud Daulah. Ketika usia 10 tahun, ia harus rela ditinggalkan sang ayah untuk pergi ke sebuah medan pengepungan di Tripoli yang ternyata hanyalahakal-akal” dari Tutush! Tutush mengatakan bahwa Amir (pemimpin) Tripoli telah mengkhianati Sultan Malik Syah dan surat perintah akan menyusul tentang misi ini. Ketika tiba di  benteng Tripoli, Aq Sunqur merasa ragu untuk mengayunkan pedangnya. Tak jauh dari sana ada 3 orang berjubah hitam menghadang Aq Sunqur dengan hasrat membunuh namun Aq Sunqur berhasil menumbangkannya. Melihat itu, Tutush geram dan langsung menikam Aq Sunqur dari belakang! Ekrem, seorang pengawal dan pelayan setia Aq Sunqur melihat kejadian itu dari kejauhan. Ekrem berlari mendekati Aq Sunqur yang sudah terkapar tak berdaya. Ternyata, tanpa sepengetahuan Tutush ia mengirim Ekrem untuk mengkonfirmasi Jalal Al-Malik, Amir Tripoli dan ternyata dia memang tidak memberontak pada Sultan Malik Syah dan bahkan menunjukkan surat pengangkatan resmi dari sang sultan! Aq Sunqur berpesan yang hanya mengetahui peristiwa ini hanya anak dan istrinya juga memerintahkan untuk menyingkir ke Mosul karena kekhawatirannya terciprat kotornya kepemimpinan saat itu.

Beberapa tahun berlalu dengan sangat cepat. Imaduddin tumbuh menjadi seorang kesatria yang setia, faqih dalam agama, dan perkasa. Ia tidak segan-segan menasehati penguasa-penguasa itu jika dirasa menyimpang dari ajaran Islam. Sementara itu di Khurasan, tempat Kesultanan Turki Seljuk berdiri, Sultan Malik Syah sudah sangat tua dan kerap sakit-sakitan. Kerbogha, komandan tempur kesultanan Seljuk sekaligus pemimpin Mosul datang mengunjungi Sultan. Ia menceritakan bahwa Imaduddin, anak dari sahabatnya itu masih hidup dengan ibunya dan dalam penjagaannya. Imaduddin pun datang seraya berkata: ”Mohon maaf, Sultan. Aku harus merahasiakan keberadaanku”. Sultan sangat gembira melihat Imaduddin yang telah tumbuh menjadi kesatria yang perkasa dan shalih. Imaduddin kemudian menceritakan amanat dari sang ayah dan terkejutlah Sultan. Sultan sudah menduga bahwa semua kejadian tidak jelas yang ia dengar memang adiknya sendiri dalangnya. Sultan berwasiat kepada Imaduddin untuk menjemput anaknya, Berkyaruq yang sedang menyerap saripati ilmu di Kota Amasya.

Sepeninggal Sultan Malik Syah, Imaduddin melaksanakan wasiat dari sang Sultan. Ia pergi ke Amasya dan bertemu dengan Berkyaruq dan menyampaikan surat penunjukkan yang ditulis oleh Wazir Agung Sadrazam Nizamul Mulk. Berkyaruq berbela sungkawa atas kepergian ayahnya dan segera mengerahkan pasukannya untuk pergi ke Khurasan mengambil alih kekuasaan juga mengangkat Imaduddin Zanki menjadi orang kepercayaannya. Sementara itu di Istana Almarhum Sultan Malik Syah di Khurasan, Tutush duduk di singgasana dengan congkaknya. Dihadapannya sudah ada Wazir Agung kesultanan Seljuk, Nizamul Mulk. Tubuhnya sudah dipenuhi luka-luka dan lebam akibat tamparan. Tutush memaksa untuk mengakuinya sebagai penerus kesultanan Seljuk dan tentu saja Nizamul Mulk menolak dengan keras pernyataan itu. Karena geram, Tutush menjebloskan Nizamul Mulk ke penjara.

Sementara itu beratus-ratus kilometer dari Khurasan,di setiap kota-kota yang dilalui Berkyaruq, ia mendapat banyak dukungan dan sambutan dari rakyat kota-kota itu. Berkyaruq memanggil Imaduddin dan mengatakan bahwa Tutush telah menyiapkan pasukan yang besar untuk menghadangnya dan ia tidak ingin adanya pertumpahan darah di antara kaum muslimin. Imaduddin mengatakan bahwa ia memiliki rencana yang dirasanya terbaik untuk permasalahan seperti ini. Dia pun meminta izin untuk pergi melaksanakan rencana ini dan mendapat izin dari Berkyaruq.

Khurasan, di sebuah tempat rahasia, Imaduddin bertemu dengan Ekrem untuk melakukan sesuatu terhadap pasukan Tutush. Ekrem setuju dengan rencana tersebut dan memang banyak perwira yang tunduk pada perintah Tutush karena takut adanya pertumpahan darah diantara kaum muslimin.

Akhirnya, pasukan Tutush dan pasukan Berkyaruq sudah saling berhadapan. Imaduddin sudah kembali dan mengawal pasukan Berkyaruq di belakang, sementara Tutush dan Berkyaruq saling menatap tajam, namun Tutush menatap dengan tatapan meremehkan. Kedua panglima pasukan mendekat dan dikawal oleh pengawal masing-masing. Mereka bernegosiasi dan tidak membuahkan hasil yang kemudian Imaduddin memanggil Tutush dengan nada menusuk hati bagi siapapun yang mendengarnya. Ketika Tutush mengetahui identitas yang memanggil namanya, terkejutlah ia mengetahui siapakah Imaduddin Zanki dan lantas segera memerintahkan pasukannya untuk menyerang dan apa yang terjadi?? Tidak ada satu pun prajurit yang ikut bersama Tutush dan hanya gelagapan karena hanya dia sendiri yang berada di tengah medan perang itu. Berkyaruq pun hanya mengangkat pedangnya tanpa memekikkan komando apapun. Imaduddin pun akhirnya maju dan berduel dengan Tutush dan hasilnya Tutush pun tumbang, Tutush meminta ampun pada Imaduddin dan Imaduddin menjadikannya tawanan dan telah memaafkan perbuatannya yang dilakukan kepada sang ayah di masa lalu.

Berkyaruq pun dilantik menjadi Sultan Turki Seljuk dan memerintahkan Syaraf Ad-Daulah Maudud untuk menjadi Amir Mosul menggantikan Kerbogha yang telah wafat. Juga menugaskan untuk membersamai pasukannya ke wilayah Thabariyah (Tiberias) untuk mengalahkan pasukan salib yang sedang menyerbu wilayah itu dan menyertakan Imaduddin sebagai pendampingnya.

Di tepi danau Thabariyah, pasukan Syaraf Ad-Daulah Maudud dan pasukan salib sudah berhadapan dan pertempuran sengit itu pun terjadi. Setelah pertempuran itu selesai, Amir Maudud ditemukan syahid oleh Imaduddin. Hari itu, pasukan muslim telah memukul mundur pasukan salib namun mereka harus berkorban besar dengan syahidnya Syaraf Ad-Daulah Maudud

Imaduddin Kemudian diangkat menjadi Amir Mosul dan kelak akan memiliki anak bernama Nuruddin Zanki dan bersama Shalahuddin Al-Ayyubi akan mengguncangkan singgasana Pasukan Salibis.

***

Alhamdulillah kita sudah selesai dari pembahasan kita. Hebat sekali Ma shaa Allah Imaduddin Zanki yang telah berjasa bagi umat Islam. Semoga kita segera memiliki pemimpin seperti beliau ini, Aamiin…

Buku ini sangat direkomendasikan untuk anak-anak anak dan para remaja agar dapat meneladani dan mempraktekkan sifat mulia Imaduddin Zanki dalam kehidupan sehari-hari

Bandung, 24 jumadil awal 1445 H / 8 Desember 2023 M

Oleh: An-Nisa Salsabila (Kelas 8) 

Nizzvii (@annizza_s)

©2023. Baiturrahman. All Rights Reserved.

Scroll to Top