Pentingnya Istirahat Dalam Islam (1)

Hikmah dalam Tidur dan Isitrahat

Oleh : Ust. Achmad Fahrisi, S.Pd.

05 Desember 2023

Istirahat dan tidur memiliki peran penting dalam Islam, bukan hanya sebagai kebutuhan fisik tetapi juga sebagai bagian integral dari kehidupan spiritual. Pada tulisan ini akan menjelaskan hikmah di balik tidur dan istirahat dalam Islam, dengan merinci nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadis.

Nilai-nilai keagamaan dan spiritualitas yang terkandung dalam konsep tidur dan istirahat dalam Islam. Islam tidak hanya mengajarkan umatnya untuk menjaga kesehatan tubuh secara fisik tetapi juga menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara tubuh dan jiwa.

Islam mengajarkan bahwa tubuh adalah amanah dari Allah, dan oleh karena itu, umat Islam memiliki tanggung jawab untuk merawatnya. Tidur yang cukup dan istirahat yang memadai adalah cara untuk menjaga kesehatan fisik. Ini sejalan dengan ajaran Islam yang mengutamakan pemeliharaan tubuh sebagai bentuk ibadah.

Konsep tidur dalam Islam juga mencerminkan ketertiban alam semesta yang diciptakan oleh Allah. Malam dan siang bergantian sebagai tanda kemurahan dan kebijaksanaan-Nya. Tidur di malam hari adalah bagian dari siklus ini, menunjukkan harmoni dalam ciptaan Allah.

Ayat Al-Qur’an yang menyatakan, “Dan di antara tanda-tanda-Nya adalah tidurnya kamu di waktu malam dan siang, dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengar.” (Q.S. Ar-Rum 23)

Dalam Islam, kematian dianggap sebagai tidur abadi yang akan diikuti oleh kehidupan setelah mati. Keseimbangan antara tidur sehari-hari dan kehidupan setelah mati memberikan perspektif spiritual kepada umat Islam. Tidur menjadi pengingat akan keterbatasan hidup di dunia ini dan persiapan untuk kehidupan abadi.

Firman Allah dalam Surah Az-Zumar (3942), “Allah mencabut nyawa pada waktu matinya, dan pada waktu tidurnya (pada waktu tidur yang sebenarnya), maka Dia simpan orang yang telah diwafatkannya dan Dia lepaskan yang lain sampai waktu yang ditentukan…”

Islam mengajarkan umatnya untuk membaca doa sebelum tidur sebagai ungkapan syukur atas nikmat tidur yang diberikan oleh Allah. Doa-doa ini juga berfungsi sebagai perlindungan dari gangguan setan dan mimpi buruk.

Rasulullah SAW bersabda, “Apabila kamu berbaring di tempat tidurmu, bacalah Ayat Kursi (Al-Baqarah 2255), maka Allah akan mengutus penjaga dan setan tidak akan mendekatimu hingga subuh.” (HR. Bukhari)

Tidur yang cukup memberikan energi dan kesegaran fisik, yang membantu umat Islam dalam menjalankan ibadah dengan kualitas yang baik. Tidur yang mencukupi memberikan kemampuan untuk fokus dan beribadah dengan khusyuk.

Dalam hadis, Rasulullah SAW menunjukkan perhatian khusus terhadap kualitas tidur, “Tidurlah sesuai dengan sunnah, maka hendaknya engkau membaca doa sebelum tidur, dan hendaknya engkau berbaring di sisi kananmu.” (HR. Bukhari)

Pentingnya tidur dan istirahat dalam Islam bukan hanya sebagai kebutuhan fisiologis tetapi juga sebagai aspek integral dari kehidupan rohaniah. Dengan memahami nilai-nilai spiritual di balik tidur, umat Islam dapat mengintegrasikan tidur dan istirahat ke dalam kehidupan sehari-hari mereka sebagai bentuk ibadah dan rasa syukur kepada Allah.

Keutamaan Tidur dalam Islam

Allah SWT berfirman dalam quran surat Al An’aam (6) : 60,

وَهُوَ ٱلَّذِى يَتَوَفَّىٰكُم بِٱلَّيْلِ وَيَعْلَمُ مَا جَرَحْتُم بِٱلنَّهَارِ ثُمَّ يَبْعَثُكُمْ فِيهِ لِيُقْضَىٰٓ أَجَلٌ مُّسَمًّى ۖ ثُمَّ إِلَيْهِ مَرْجِعُكُمْ ثُمَّ يُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

Artinya: “Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur(mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan.”

Beberapa aspek penting terkait dengan keutamaan tidur dalam Islam

  1. Kuasa Allah sebagai Pencipta

   Ayat ini mengingatkan umat Islam tentang kekuasaan Allah sebagai pencipta segala sesuatu. Allah adalah yang menciptakan hidup dan mati. Tidur di sini dianggap sebagai keadaan “mematikan” sementara yang kemudian diikuti oleh kehidupan kembali saat seseorang terbangun. Hal ini menunjukkan adanya siklus yang diatur oleh Allah.

  1. Ujian dan Pemisahan yang Baik dan Buruk

   Frasa “untuk menguji kamu” mengindikasikan bahwa tidur adalah salah satu ujian yang diberikan Allah kepada manusia. Dalam keadaan tidur, seseorang tidak lagi aktif melakukan amal perbuatan, dan ketika bangun, itu menjadi peluang untuk menilai amal perbuatan mereka selama hidup. Ini menciptakan pemisahan antara orang yang beramal baik dan yang sebaliknya.

  1. Amalan sebagai Indikator Kualitas Hidup

   Bagian terakhir dari ayat, “siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya,” menunjukkan bahwa kualitas amalan seseorang selama hidupnya menjadi penentu keadaan mereka setelah mati. Oleh karena itu, tidur juga menjadi momen evaluasi untuk menyadari apakah amal perbuatan kita mencerminkan kebaikan dan ketaatan kepada Allah.

  1. Keberkahan dan Kasih Sayang Allah

   Ayat ini mencerminkan keberkahan dan kasih sayang Allah terhadap ciptaan-Nya. Tidur adalah bagian dari rencana Allah untuk memberikan kesempatan kepada manusia untuk beristirahat, meregenerasi energi, dan memulai kehidupan baru setelah terbangun. Ini adalah bentuk kasih sayang Allah yang terus-menerus termanifestasikan melalui anugerah tidur.

  1. Siklus Kehidupan dan Kematian

   Ungkapan “menciptakan yang hidup dan yang mati” menunjukkan bahwa tidur adalah bagian dari siklus kehidupan dan kematian yang diatur oleh Allah. Tidur sebagai fase kematian sementara, dan bangun sebagai fase kehidupan baru, menjadi pengingat akan realitas kematian yang akan dihadapi oleh setiap individu.

Dengan demikian, pengertian ayat ini adalah menggarisbawahi keutamaan tidur sebagai salah satu anugerah Allah yang menciptakan kesempatan untuk ujian dan evaluasi amal perbuatan. Tidur bukan hanya istirahat tubuh tetapi juga merupakan momen refleksi spiritual, mengingatkan umat Islam akan kehidupan akhirat dan perlunya beramal saleh selama hidup di dunia.

Tidur Sebagai Tanda Kecilnya Manusia

Allah SWT berfirman dalam QS Az Zumaar (39) : 42,

ٱللَّهُ يَتَوَفَّى ٱلْأَنفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَٱلَّتِى لَمْ تَمُتْ فِى مَنَامِهَا ۖ فَيُمْسِكُ ٱلَّتِى قَضَىٰ عَلَيْهَا ٱلْمَوْتَ وَيُرْسِلُ ٱلْأُخْرَىٰٓ إِلَىٰٓ أَجَلٍ مُّسَمًّى ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Ayat tersebut dari Surah Az-Zumar (39:42) menyampaikan konsep menarik tentang tidur sebagai tanda kecilnya manusia dan ketergantungannya pada Allah

Artinya: “Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.”

  1. Pencabutan Nyawa pada Waktu Mati dan Tidur

   Allah menunjukkan bahwa saat seseorang mati atau tidur, itu adalah saat-Nya mencabut nyawa. Dalam tidur, meskipun seseorang masih hidup, ia berada dalam keadaan yang mirip dengan kematian. Ini adalah perbandingan yang mengingatkan manusia akan ketergantungannya pada Allah dalam setiap fase hidupnya.

  1. Penyimpanan dan Pembebasan Roh

   Allah menyatakan bahwa pada saat mati atau tidur, Dia menyimpan roh orang yang telah diwafatkannya dan melepaskan yang lain sampai waktu yang ditentukan. Ini menciptakan gambaran bahwa tidur adalah proses sementara di mana roh seseorang dilepaskan dari tubuhnya, meskipun masih terkait dengan kehidupan.

  1. Pentingnya Waktu yang Ditentukan

   Ungkapan “sampai waktu yang ditentukan” menunjukkan bahwa baik kematian maupun tidur memiliki batas waktu yang telah ditetapkan oleh Allah. Ini mengingatkan manusia akan sifat sementara dari tidur dan kehidupan dunia secara umum. Setiap fase memiliki akhirnya sendiri, dan setiap jiwa akan kembali kepada Allah.

  1. Tidur sebagai Pengingat akan Ketergantungan pada Allah

   Konsep tidur sebagai tanda kecilnya manusia mengingatkan manusia akan keterbatasan dan ketergantungan mereka pada Allah. Pada saat tidur, manusia menyerahkan kendali hidupnya sepenuhnya kepada-Nya. Ini juga menyiratkan bahwa setiap kali seseorang tidur, itu adalah pengingat akan hari ketika nyawa mereka akan dicabut secara permanen.

  1. Refleksi tentang Keberadaan Manusia

   Dengan menyandingkan tidur dengan mati, ayat ini mengajak manusia untuk merenung tentang tujuan hidup, keberadaan mereka di dunia ini, dan kaitannya dengan pencipta mereka. Ini adalah panggilan untuk tidak melupakan bahwa kehidupan ini sementara dan bahwa akhirnya akan ada kehidupan yang abadi setelah kematian.

Dengan demikian, penjelasan ayat ini menggarisbawahi bahwa tidur adalah tanda kecilnya manusia, mengingatkan mereka akan ketergantungan pada Allah dan sifat sementara dari setiap fase hidup. Ini adalah pengingat tentang makna kehidupan, kematian, dan keterhubungan antara keduanya dalam kerangka penciptaan Allah.

Bersambung…

©2023. Baiturrahman. All Rights Reserved.

Scroll to Top