Menjaga Lisan dari Perbuatan Dosa: Hikmah di Balik Larangan Ghibah

Oleh : Ust. Achmad Fahrisi, S.Pd.

27 November 2023

Islam sebagai agama sempurna tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Sang Pencipta, tetapi juga mengatur interaksi sosial antar sesama. Salah satu aspek yang sangat ditekankan dalam Islam adalah menjaga Lisan dari perbuatan dosa, terutama larangan terhadap ghibah. Ghibah adalah suatu perbuatan yang sering dianggap sepele, namun memiliki dampak yang besar, baik secara spiritual maupun sosial.

Definisi Ghibah dalam Islam
Ghibah dapat diartikan sebagai mengucapkan atau menyebutkan sesuatu tentang seseorang yang tidak disukainya, baik itu berupa kekurangan atau aib, dengan tujuan menyakiti hati orang tersebut. Praktik ini sangat dilarang dalam Islam dan dijelaskan dalam banyak ayat Al-Quran dan hadits shahih.

Salah satu dalil yang tegas terkait dengan larangan ghibah terdapat dalam Surah Al-Hujurat (49:11), di mana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُونُوا۟ خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَآءٌ مِّن نِّسَآءٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا۟ بِٱلْأَلْقَٰبِ ۖ بِئْسَ ٱلِٱسْمُ ٱلْفُسُوقُ بَعْدَ ٱلْإِيمَٰنِ ۚ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ

Artinya “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum merendahkan kaum yang lain, boleh jadi (yang direndahkan) itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula wanita merendahkan wanita (yang lain), boleh jadi (yang direndahkan) itu lebih baik dari mereka. Dan janganlah kamu saling mencela dan sebut-menyebut dengan gelar-gelar yang buruk. Pilihlah bagi mereka panggilan yang baik. Dan sesungguhnya keji panggilan buruk sesudah beriman adalah kefasikan. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”

Ayat ini menegaskan larangan menyakiti hati sesama muslim dan mengajarkan untuk memilih panggilan yang baik dalam berbicara. Dalam hadits shahih, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : من كان يؤمن بالله واليوم الاخر فليقل خيراً أو ليصمت , ومن كان يوم بالله واليوم الاخر فليكرم جاره , ومن كان يؤمن بالله واليوم الاخر فليكرم ضيفه

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah bersabda : “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam, barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tetangga dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tamunya”. [Bukhari no. 6018, Muslim no. 47]

Dampak Ghibah bagi Ruhani
Dalam Islam, setiap perbuatan baik atau buruk memiliki dampak pada ruhani seseorang. Ghibah, sebagai tindakan yang melibatkan ujaran yang buruk terhadap orang lain, dapat merusak keberkahan hati dan membebani jiwa seseorang. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Surah Al-Qalam (68:10-12):

 وَلَا تُطِعْ كُلَّ حَلَّافٍ مَّهِينٍ (10) هَمَّازٍ مَّشَّآءٍۭ بِنَمِيم (11) مَّنَّاعٍ لِّلْخَيْرِ مُعْتَدٍ أَثِيمٍ(12)

Artinya: “Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah, yang banyak menghalangi perbuatan baik, yang melampaui batas lagi banyak dosa.”

Dengan berbicara buruk tentang orang lain, seseorang dapat terjerumus ke dalam perilaku sombong, merasa lebih baik dari orang lain, dan melupakan kewajiban untuk berbuat baik dan menasehati dengan cara yang baik.

Dampak Sosial Ghibah
Tidak hanya memiliki dampak ruhani, ghibah juga memiliki dampak sosial yang serius. Praktik ini dapat merusak hubungan antar-individu, memecah belah komunitas, dan menimbulkan konflik yang tidak perlu. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan peringatan keras terkait dengan bahaya ghibah dalam hadits riwayat Abu Hurairah:

“Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwsanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tahukah kalian apakah ghibah itu?” Sahabat menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Yaitu engkau menyebutkan sesuatu yang tidak disukai oleh saudaramu”. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya: “Bagaimanakah pendapat Anda, jika itu memang benar ada padanya? Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Kalau memang sebenarnya begitu berarti engkau telah mengghibahinya, tetapi jika apa yang kau sebutkan tidak benar berarti engkau telah berdusta di atasnya.” (HR. Muslim).

Dengan menjauhi ghibah, kita dapat membangun hubungan yang lebih baik dalam masyarakat, menciptakan lingkungan yang penuh dengan rasa saling menghormati, dan memperkuat persatuan umat.

Larangan ghibah dalam Islam bukanlah pembatasan kebebasan berbicara, tetapi merupakan pedoman untuk menciptakan masyarakat yang harmonis dan damai. Dengan menjaga Lisan dari perbuatan dosa ini, kita dapat membangun kehidupan spiritual yang lebih baik dan mendukung pembentukan masyarakat yang penuh kasih sayang dan toleransi. Mari kita tingkatkan kesadaran kita akan dampak negatif ghibah, dan bersama-sama membangun komunitas yang bersih dari perilaku merugikan ini.

©2023. Baiturrahman. All Rights Reserved.

Scroll to Top