Menjadi Muslim Yang Hebat (Bag.2)

“Strategi Membangun Pribadi Berkualitas Menurut Ajaran Islam”

Oleh : Ust. Achmad Fahrisi, S.Pd.

23 Januari 2024

Lanjutan dari artikel Menjadi Muslim Yang Hebat (Bag.1)

***

  1. Jalin Hubungan yang Baik

Hubungan yang baik dengan Allah juga harus tercermin dalam hubungan sosial. Islam mengajarkan untuk berbaur dengan masyarakat, menjaga silaturahmi, dan berbakti kepada orang tua.

Islam sebagai agama yang menyeluruh mengajarkan betapa pentingnya menjaga keseimbangan antara hubungan dengan Allah dan hubungan sosial. Penjelasan mengenai konsep ini dapat dibagi menjadi beberapa poin:

a. Silaturahmi dan Hubungan Sosial

Islam sangat menekankan pentingnya silaturahmi atau menjaga hubungan baik dengan sesama manusia. Rasulullah SAW bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan tali silaturahmi” (HR. Bukhari, Muslim). Ini menunjukkan bahwa hubungan sosial yang baik adalah bagian integral dari ajaran Islam.

b. Berkomunikasi dengan Baik

Islam mengajarkan agar umatnya berkomunikasi dengan bahasa yang baik dan penuh akhlak. Rasulullah SAW bersabda, “Orang Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang memiliki akhlak paling baik, dan yang paling baik di antara kalian adalah yang baik terhadap istri-istrinya” (HR. Tirmidzi). Ini menunjukkan bahwa kualitas hubungan sosial tercermin dalam akhlak dan cara berkomunikasi yang baik.

c. Berkat dalam Silaturahmi

Menjaga silaturahmi tidak hanya sebagai kewajiban sosial, tetapi juga membawa berkah dalam kehidupan. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan di perpanjang umurnya, hendaklah ia menyambung silaturahmi” (HR. Bukhari, Muslim). Ini menegaskan bahwa hubungan sosial yang baik dapat membawa keberkahan dari Allah.

d. Berbakti kepada Orang Tua

Islam memerintahkan untuk berbakti kepada orang tua. Dalam Al-Quran, Allah menyebutkan, “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu tidak menyembah selain Dia, dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak-bentak kepada keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik” (Q.S. Al-Isra: 23). Ini menunjukkan betapa pentingnya berbakti kepada orang tua sebagai bagian dari tata cara hidup yang diajarkan dalam Islam.

e. Berbagi dengan Sesama

Islam mendorong umatnya untuk berbagi rezeki dengan sesama. Zakat, infak, dan sedekah menjadi bagian dari ibadah yang tidak hanya mendekatkan diri kepada Allah tetapi juga membantu meringankan beban masyarakat yang membutuhkan.

f. Keadilan dalam Hubungan Sosial

Islam menekankan keadilan dalam hubungan sosial. Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah kamu maksiat kepada Allah, dan maksiat kepada manusia, dan janganlah kamu berzina dan bermaksiat, dan janganlah kamu saling membunuh, dan janganlah kamu merampas harta benda orang lain” (HR. Bukhari, Muslim). Ini menunjukkan bahwa menjaga keseimbangan hubungan sosial juga melibatkan keadilan dan ketertiban.

g. Toleransi dan Kepedulian

Islam mengajarkan toleransi terhadap perbedaan dan kepedulian terhadap kebutuhan sesama. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang tidak menunjukkan belas kasihan kepada manusia, maka Allah tidak akan menunjukkan belas kasihan kepada mereka” (HR. Bukhari, Muslim).

Hubungan yang baik dengan Allah dalam Islam tidak bisa dipisahkan dari hubungan sosial yang sehat. Menjaga silaturahmi, berbakti kepada orang tua, berbagi dengan sesama, dan berkomunikasi dengan baik adalah bagian dari ajaran Islam yang membentuk karakter Muslim yang seimbang dan bermanfaat bagi masyarakat. Dengan mempraktikkan nilai-nilai ini, seorang Muslim dapat menjalani kehidupan yang penuh berkah dan harmoni, mencerminkan ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam).

  1. Bersikap Bijak dalam Pengelolaan Waktu dan Harta

Mengelola waktu dengan bijak dan menggunakan harta secara bertanggung jawab adalah bagian dari strategi kehebatan seorang Muslim. Islam mengajarkan untuk tidak boros dan memberikan hak yang seharusnya kepada sesama.

Islam sebagai agama yang menyeluruh memberikan petunjuk yang jelas mengenai pengelolaan waktu dan harta. Dalam konteks ini, strategi kehebatan seorang Muslim melibatkan dua aspek penting: pengelolaan waktu dengan bijak dan tanggung jawab dalam menggunakan harta. Berikut penjelasannya:

a. Mengelola Waktu dengan Bijak

  • Shalat sebagai Prioritas

Dalam Islam, Shalat adalah kewajiban utama dan menjadi penanda waktu bagi seorang Muslim. Menyempatkan waktu untuk Shalat lima kali sehari adalah bentuk pengelolaan waktu yang bijak. Rasulullah SAW bersabda, “Wahai Bilal, panggillah aku untuk mendatangi kenikmatan itu (Shalat)” (HR. Abu Dawud). Ini menunjukkan betapa pentingnya waktu dalam Islam.

  • Tugas dan Kewajiban

Seorang Muslim diharapkan mengelola waktu dengan memprioritaskan tugas dan kewajiban. Islam mendorong untuk menyelesaikan pekerjaan dengan efisien dan bertanggung jawab.

  • Istirahat yang Seimbang

Islam juga mengajarkan bahwa waktu istirahat yang cukup adalah penting untuk menjaga kesehatan fisik dan mental. Rasulullah SAW memberikan perhatian pada waktu tidur yang cukup sebagai bagian dari pengelolaan waktu yang seimbang.

b. Bertanggung Jawab dalam Menggunakan Harta

  • Prinsip Zakat dan Infak

Islam mewajibkan zakat sebagai bentuk tanggung jawab sosial terhadap harta yang dimiliki. Zakat bukan hanya sebagai kewajiban, tetapi juga sebagai cara untuk mengurangi kesenjangan sosial dan membantu yang membutuhkan.

  • Hindari Boros

Islam mengingatkan umatnya untuk tidak boros dan menghambur-hamburkan harta. Rasulullah SAW bersabda, “Manusia lebih dekat kepada dosa ketika ia tidur daripada ketika ia bangun. Oleh karena itu, janganlah kamu tidur lebih dari cukup” (HR. Tirmidzi). Ini menunjukkan pentingnya menjaga keberkahan waktu dan harta.

  • Hak Sesama Manusia

Islam memberikan hak-hak tertentu atas harta yang dimiliki. Memberikan hak-hak ini kepada sesama manusia termasuk dalam strategi kehebatan seorang Muslim. Rasulullah SAW bersabda, “Tidak beriman salah seorang di antara kalian, sehingga ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri” (HR. Bukhari, Muslim).

  • Bisnis dan Usaha yang Halal

Islam mengajarkan bahwa sumber pendapatan harus berasal dari usaha yang halal. Bisnis yang sesuai dengan prinsip syariah adalah bagian dari tanggung jawab seorang Muslim dalam mengelola harta.

Mengelola waktu dengan bijak dan menggunakan harta secara bertanggung jawab merupakan strategi kehebatan seorang Muslim. Islam memberikan panduan yang jelas mengenai kedua aspek ini, menekankan pentingnya tanggung jawab sosial, keberkahan waktu, dan penggunaan harta yang adil. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, seorang Muslim dapat mencapai kehebatan dalam kehidupan dunia dan akhirat, sejalan dengan ajaran Islam yang mengajarkan keseimbangan dan keadilan.

  1. Berkontribusi Positif dalam Masyarakat

Seorang Muslim yang hebat juga aktif dalam memberikan kontribusi positif dalam masyarakat. Keterlibatan dalam kegiatan sosial, relawan, dan berusaha menjadikan lingkungan sekitar lebih baik merupakan bagian dari tanggung jawab sebagai Muslim.

Seorang Muslim yang hebat tidak hanya diukur dari kehebatannya dalam ibadah, tetapi juga dari kontribusi positifnya dalam masyarakat. Islam mengajarkan pentingnya berperan aktif dalam membentuk lingkungan yang lebih baik dan memberikan manfaat kepada sesama. Berikut adalah penjelasan mengenai kontribusi positif seorang Muslim dalam masyarakat:

a. Keterlibatan dalam Kegiatan Sosial

Bantuan kepada Orang-Orang Yang Membutuhkan:

Islam mendorong umatnya untuk memberikan bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan. Rasulullah SAW bersabda, “Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lain; ia tidak menzaliminya dan tidak menyerahkan kepadanya. Barang siapa yang menolong saudaranya, Allah akan menolongnya; barang siapa yang melepaskan kesulitan saudaranya, Allah akan melepaskan kesulitan darinya” (HR. Bukhari, Muslim).

Mendukung Proyek-Proyek Sosial:

Seorang Muslim yang hebat mendukung dan terlibat dalam proyek-proyek sosial yang bertujuan membangun dan memberdayakan masyarakat. Ini termasuk pembangunan sekolah, rumah sakit, dan fasilitas umum lainnya.

b. Relawan dan Kegiatan Amal

Bergabung dengan Organisasi Kemanusiaan:

Islam mendorong umatnya untuk berperan sebagai relawan dalam organisasi kemanusiaan. Menjadi bagian dari inisiatif-inisiatif ini membantu membawa perubahan positif dalam kehidupan orang-orang yang membutuhkan.

Program-Program Amal:

Seorang Muslim yang hebat juga dapat menginisiasi atau mendukung program-program amal, seperti pemberian makanan bagi kaum miskin, pelayanan kesehatan gratis, atau bantuan pendidikan.

c. Meningkatkan Lingkungan Sekitar

Pelestarian Lingkungan:

Islam mendorong umatnya untuk menjadi pelindung lingkungan. Seorang Muslim yang hebat akan berusaha untuk menjaga alam dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

Kebersihan dan Keindahan:

Memberikan kontribusi pada kebersihan dan keindahan lingkungan sekitar menjadi tanggung jawab seorang Muslim. Rasulullah SAW bersabda, “Allah itu indah dan menyukai keindahan” (HR. Muslim).

d. Memberikan Pendidikan dan Pengetahuan

Dukungan pada Pendidikan:

Seorang Muslim yang hebat akan mendukung inisiatif pendidikan, terutama untuk anak-anak yang kurang mampu. Pendidikan dianggap sebagai sarana untuk membuka pintu kesempatan yang lebih baik.

Penyebaran Pengetahuan Positif:

Islam mendorong umatnya untuk menyebarkan pengetahuan yang positif. Memberikan pembelajaran dan informasi yang bermanfaat bagi masyarakat merupakan kontribusi yang sangat dihargai.

Seorang Muslim yang hebat adalah individu yang tidak hanya peduli dengan perkembangan dirinya sendiri tetapi juga berkomitmen untuk memberikan kontribusi positif dalam masyarakat. Melalui keterlibatan dalam kegiatan sosial, relawan, dan upaya meningkatkan lingkungan sekitar, seorang Muslim dapat menciptakan dampak yang positif dan menjadi rahmat bagi sesama. Ini adalah bagian dari tanggung jawab sosial yang diajarkan dalam Islam, menciptakan masyarakat yang lebih adil, berempati, dan berkeadilan.

  1. Selalu Meningkatkan Diri:

Islam mengajarkan konsep tazkiyat an-nafs atau penyucian jiwa. Selalu melakukan introspeksi diri, mengevaluasi perbuatan, dan berusaha untuk terus meningkatkan kualitas diri.

Konsep Tazkiyat an-Nafs, atau penyucian jiwa, merupakan prinsip utama dalam ajaran Islam yang mengajarkan umatnya untuk selalu melakukan introspeksi diri, mengevaluasi perbuatan, dan berusaha terus meningkatkan kualitas diri. Berikut adalah penjelasan lebih mendalam mengenai konsep ini:

a. Introspeksi Diri

Tazkiyat an-Nafs mengajarkan pentingnya introspeksi diri, yaitu melihat ke dalam diri sendiri dengan jujur. Ini melibatkan penilaian terhadap perbuatan, niat, dan sikap agar dapat memperbaiki kekurangan dan meningkatkan kebaikan.

b. Evaluasi Perbuatan

Seorang Muslim yang menerapkan Tazkiyat an-Nafs senantiasa mengevaluasi perbuatannya. Islam mendorong umatnya untuk berpikir kritis tentang apakah tindakan mereka sesuai dengan nilai-nilai dan ajaran agama.

c. Meningkatkan Kualitas Diri

Konsep ini mendorong untuk terus berusaha meningkatkan kualitas diri. Melalui pendekatan ini, seorang Muslim tidak hanya berpuas diri dengan pencapaian masa lalu, melainkan selalu mencari cara untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah dan meningkatkan akhlak.

d. Berpegang pada Ajaran Islam

Tazkiyat an-Nafs mengajarkan untuk berpegang teguh pada ajaran Islam sebagai pedoman hidup. Hal ini mencakup pemahaman mendalam terhadap Al-Quran dan Hadits, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

e. Taubah dan Istighfar

Konsep ini memandang taubah (bertobat) dan istighfar (memohon ampunan) sebagai langkah-langkah penting dalam proses penyucian jiwa. Seorang Muslim dihimbau untuk selalu kembali kepada Allah, mengakui kesalahan, dan berkomitmen untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik.

f. Menjauhi Diri dari Dosa

Penyucian jiwa juga melibatkan upaya untuk menjauhi dosa dan perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Islam mengajarkan bahwa meninggalkan dosa adalah langkah awal dalam menuju penyucian jiwa.

g. Pengendalian Diri

Konsep ini mengajarkan untuk memiliki kendali diri dalam menghadapi godaan dan cobaan. Melalui pengendalian diri, seorang Muslim dapat menghindari tindakan yang merugikan dirinya sendiri dan orang lain.

h. Keikhlasan dalam Beribadah

Tazkiyat an-Nafs menekankan keikhlasan dalam beribadah. Tindakan ibadah yang dilakukan dengan ikhlas, tanpa pamrih, merupakan cara untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memperoleh keberkahan.

Konsep Tazkiyat an-Nafs menggambarkan usaha seorang Muslim untuk terus melakukan introspeksi diri, menggali potensi baik, dan meningkatkan kualitas spiritual. Ini bukan hanya proses peningkatan diri, tetapi juga suatu bentuk ibadah yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menerapkan prinsip-prinsip penyucian jiwa, seorang Muslim dapat mencapai kedamaian batin, mendekatkan diri kepada Allah, dan menjadi individu yang lebih baik dalam masyarakat.

Kesimpulan:

Menjadi Muslim yang hebat melibatkan komitmen penuh terhadap ajaran Islam. Ini bukan hanya tentang ritual ibadah, tetapi juga tentang menciptakan dampak positif di dunia. Dengan mempraktikkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari, setiap Muslim dapat membangun pribadi berkualitas dan menjadi panutan bagi orang lain.

Kesempurnaan bukanlah tujuan akhir, tetapi perjalanan menuju kebaikan yang terus menerus. Semoga strategi-strategi di atas menjadi panduan bagi setiap Muslim yang berusaha menjadi lebih baik dan hebat dalam menjalani kehidupan ini.

والله أعلمُ بالـصـواب

©2024. Baiturrahman. All Rights Reserved.

Scroll to Top