Sejak awal tahun ini, suasana politik Indonesia mengalami gejolak yang semakin hari semakin memanas. Pemilu 2024 adalah momen rakyat Indonesia berupaya menentukan arah negeri, paling tidak, lima tahun kedepan. Baliho-baliho capres dan caleg bertebaran dimana-mana, yang seringnya membuat tidak nyaman pandangan karena terkesan kumuh dan tidak terorganisir. Konvoi-konvoi pawai juga sering dijumpai di jalan raya, yang kadang membuat jalan macet dan tidak nyaman bagi yang merasa tidak berkepentingan. Yang tak kalah menarik, debat capres-cawapres menjadi isu yang paling seksi untuk masyarakat Indonesia. Tidak jarang setelah selesai debat, muncul analisa-analisa dari para ahli dan guru besar dalam berbagai disiplin ilmu, bahkan mereka yang tidak pernah sekolah pun ikut-ikutan membuat analisa dan diskusi mendalam dengan sesamanya.
Ketika artikel ini ditulis, perhitungan suara sedang berlangsung dan rakyat Indonesia sedang menunggu hasil perolehan suara final. Para timses berupaya mengawalnya agar tidak terjadi kecurangan dan ketidakjujuran, alangkah ruginya jika hal ini terjadi. Karena jika penguasa negeri ini memulai langkah politiknya dengan kecurangan dan ketidakjujuran, bagaimana kita bisa berharap keberkahan di langkah selanjutnya? Maka dari itu seluruh rakyat Indonesia harus mengawal agar tidak terjadi kecurangan dan ketidakjujuran dalam hasil pemilu ini.
Ada sebuah realita yang sangat menarik bagi saya yaitu, Indonesia adalah negeri yang dihuni oleh mayoritas kaum muslimin. Berdasarkan World Population Review, pada akhir tahun 2023 Indonesia dihuni oleh 278,9 juta jiwa. Sementara prosentase umat Islam di Indonesia mencapai 86,7%, artinya jumlah kaum muslimin di Indonesia mencapai 241,8 juta jiwa. Angka yang sangat besar bahkan fantastis, dengan jumlah tersebut Indonesia masih menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah umat Islam terbesar di dunia. Pakistan yang merupakan negara padat penduduk dan memiliki persentase umat Islamnya 96,5%, hanya memiliki 232 juta jiwa kaum muslimin berada di sana. Maka realitas ini menghasilkan satu kesimpulan bahwa kaum muslimin adalah masyarakat terbesar yang akan merasakan kebaikan atau keburukan hasil pemilu 2024. Jika pemimpin terpilih membawa kebaikan bagi Indonesia, maka mayoritas umat Islam yang akan merasakannya kebaikan tersebut. Sebaliknya, jika yang terpilih adalah yang membawa keburukan bagi bangsa Indonesia, maka mayoritas umat Islam akan tertimpa keburukan tersebut.
Lalu bagaimana jika hasil akhir dari pemilu ini merupakan buah dari kecurangan dan ketidakjujuran? Sulit bagi kita berharap kebaikan dari usaha yang diawali dua perilaku menjijikan ini. Seandainya kondisi Indonesia semakin memburuk setelah pemilu 2024 ini, maka yang paling banyak merasakan dampak buruknya adalah kaum muslimin. Itu realitanya.
Seorang muslim pasti meyakini bahwa siapapun nanti yang terpilih menjadi presiden dan anggota legislatif di tingkat kota/kabupaten, provinsi, maupun pusat, semua sudah ditetapkan dalam catatan takdir. Bahkan mereka yang terpilih dan tersisih sudah Allah tetapkan 50 ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi. Rasulullah ﷺ bersabda:
كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
“…Allah telah menetapkan takdir untuk setiap makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi…” (HR Muslim: 2653)
Ada dua hal yang menurut penulis harus dilakukan oleh kaum muslimin di Indonesia:
Singa tidak akan dipimpin oleh domba, bebek tidak akan dipimpin kura-kura. Singa pasti dipimpin oleh singa lagi, dan yang memimpin bebek tentu bebek juga. Maknanya, siapapun yang terpilih menjadi pemimpin dia adalah cerminan rakyatnya. Ibnu al-Qayyim pernah mengatakan:
وتأمل حكمته تعالى في أن جعل ملوك العباد وأمراءهم وولاتهم من جنس أعمالهم، بل كأن أعمالهم ظهرت في صور ولاتهم وملوكهم: فإن استقاموا استقامت ملوكهم، وإن عدلوا عدلت عليهم، وإن جاروا جارت ملوكهم وولاتهم، وإن ظهر فيهم المكر والخديعة فولاتهم كذلك، وإن منعوا حقوق الله لديهم وبخلوا بها منعت ملوكهم وولاتهم ما لهم عندهم من الحق وبخلوا بها عليهم، وإن أخذوا ممن يستضعفونه ما لا يستحقونه في معاملتهم أخذت منهم الملوك ما لا يستحقونه وضربت عليهم المكوس والوظائف، وكلما يستخرجونه من الضعيف يستخرجه الملوك منهم بالقوة، فعمّالهم ظهرت في صور أعمالهم . وليس في الحكمة الإلهية أن يولى على الأشرار الفجار إلا من يكون من جنسهم .
“Perhatikanlah hikmah Allah Ta’ala dalam menjadikan para raja, dan pemimpin negara sesuai dengan perbuatan mereka. Bahkan perbuatan mereka itu tercermin pada perilaku pemimpin dan raja mereka:
Jadi pemimpin mereka itu adalah cerminan perbuatan bangsanya. Bukanlah hikmah ilahiyah menjadikan pemimpin yang baik untuk suatu bangsa yang buruk dan jahat.”
Maka mari kita lihat realitas negeri kita saat ini. Ketika pemegang kekuasaan saat ini tidak memperhatikan hak-hak rakyatnya, berapa banyak ayah yang menelantarkan hak-hak istri dan anaknya? Ketika penguasa negeri ini banyak yang melakukan korupsi, bukankah rakyat juga sering melakukan korupsi?
Maka introspeksi dan perbaiki diri, keluarga dan masyarakat adalah langkah utama dalam memperbaiki negeri ini. Dakwah dan pendidikan harus terus dilakukan secara serius dan profesional. Dakwah yang membangun keimanan dan membebaskan manusia dari penghambaan selain kepada Allah adalah cara yang ditempuh Rasulullah dalam membangun masyarakat muslimin dari awal perjuangan sampai akhir hayat Beliau ﷺ.
Berdoa untuk kebaikan kaum muslimin dan para pemimpin negeri ini. Sepertinya point ini memang tidak populer dan terkesan sangat klasik. Namun doa adalah senjata utama kaum muslimin. Mendoakan agar para pemimpin Allah tunjuki pada jalan lurus adalah kebiasaan para ulama terdahulu. Fudhail bin Iyadh mengatakan:
لو كانت لي دعوةٌ مستجابة ما جعلتها إِلا في السلطان. إذا جعلتُها في نفسي لم تَعْدُني, وإِذا جعلتها في السلطان صَلَح فصَلَح بصلاحه العبادُ والبلاد
“Seandainya aku memiliki do’a yang mustajab maka tidaklah aku jadikan kecuali pada penguasa”. (karena) jika saya jadikan do’a itu pada diriku maka hanya bermanfaat untukku, sedangkan jika aku jadikan (doa itu) pada penguasa maka dengan kebaikannya akan baiklah para hamba dan negeri ”
Kita sering menjumpai para khatib jumat berdoa dengan redaksi yang sangat indah, dan itu bisa kita ucapkan juga saat berdoa sendirian:
اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا, وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا, وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ, اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَ أَمْرِنَا لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى, وَأَعِنْهُ عَلَى البِرِّ وَالتَقْوَى, وَسَدِدْهُ فِي أَقْوَالِهِ وَأَعْمَالِهِ يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ, اَللَّهُمَّ وَفِّقْ جَمِيْعَ وُلَاةَ أَمْرِ المُسْلِمِيْنَ لِلْعَمَلِ بِكِتَابِكَ وَاتِّبَاعِ سُنَّةَ نَبِيِّكَ ﷺ, وَاجْعَلْهُمْ رَأْفَةً عَلَى عِبَادِكَ المُؤْمِنِيْنَ يا رب العالمين
“Ya Allah, amankanlah kami di negeri kami. Dan perbaikilah pemimpin-pemimpin kami serta penguasa-penguasa urusan kami. Jadikanlah pemimpin kami orang-orang yang takut kepada-Mu, bertakwa kepada-Mu, dan mengikuti keridhaan-Mu, wahai Rabb semesta alam. Ya Allah, berikanlah taufik kepada pemimpin kami untuk melakukan apa yang Engkau cintai dan Engkau ridhai. Bantulah dia dalam melakukan kebajikan dan ketakwaan, dan luruskan perkataan dan perbuatannya, wahai Dzat yang memiliki keagungan dan kemurahan. Ya Allah, berikanlah taufik kepada semua pemimpin umat Islam untuk mengikuti kitab-Mu dan sunnah Nabi-Mu ﷺ, dan jadikanlah mereka penyayang terhadap hamba-hamba-Mu yang beriman, wahai Rabb semesta alam.”
Semoga siapapun yang nanti terpilih dan ditetapkan menjadi pemimpin negeri ini, Allah berikan penjagaannya dan hidayahnya agar mereka menjalankan roda pemerintahan yang membawa kebaikan pada Indonesia. Karena kebaikan negeri ini akan dirasakan mayoritas oleh kaum muslimin, dan keburukan negeri ini akan dirasakan mayoritas oleh kaum muslimin pula.
Ciparay, 14 Februari 2024
Akhukum fillah, Abu Shofiyah (@adenihermawan)