Melodi Hati Yang Tak Tergoyahkan

“Ya’qub dan Keajaiban Kesabaran”

Oleh : Ust. Achmad Fahrisi, S.Pd.

21 Maret 2024

وَاذْكُرْ عِبٰدَنَآ اِبْرٰهِيْمَ وَاِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ اُولِى الْاَيْدِيْ وَالْاَبْصَارِ

اِنَّآ اَخْلَصْنٰهُمْ بِخَالِصَةٍ ذِكْرَى الدَّارِۚ وَاِنَّهُمْ عِنْدَنَا لَمِنَ الْمُصْطَفَيْنَ الْاَخْيَارِۗ

“Ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishaq, dan Ya‘qub yang mempunyai kekuatan (dalam taat kepada Allah) dan penglihatan (mata hati yang jernih).”

“Sesungguhnya Kami telah memberikan secara khusus kepada mereka anugerah yang besar, (yaitu selalu) mengingat negeri akhirat.”

“Sesungguhnya mereka di sisi Kami benar-benar termasuk orang-orang pilihan yang terbaik.”

***

Dalam harmoni ayat-ayat Al-Qur’an, terlukis kisah Nabi Ya’qub, sang pemimpin keluarga yang dijuluki Israil. Dalam kisahnya, ada sepuluh indah yang menyelinap di balik tirai-tirai wahyu.

Dilahirkan dari keturunan Ibrahim, Ya’qub adalah benih keteguhan iman yang tumbuh subur di tengah padang kesulitan. Ia, bunga yang mewangi di taman kenabian, menghadapi cobaan sebagai seorang pelayan Tuhan. Meski disebutkan dalam Al-Qur’an dalam konteks Yusuf, setiap langkahnya adalah pola yang menyusun kehidupan dan kebijaksanaan.

Ya’qub, mata air kesabaran, merenung di tepi-sumur hati yang dalam. Anaknya, Yusuf, diberikan mimpinya seperti cahaya yang bersinar di kegelapan malam. Namun, angin cemburu menerbangkan daun-daun kecurigaan di taman keluarganya. Saat saudara-saudaranya menggerakkan tangan kecemburuan, Yusuf dihanyutkan dalam lautan perpisahan.

Sumur, sebagai saksi bisu, menyaksikan air mata seorang ayah yang tak tahu dimana letak anaknya yang hilang. Ya’qub, dalam kesedihan, meratap dan berdoa dengan suara yang terbisik di alam semesta. Doanya, seperti melodi yang bersahaja, menembus awan dan mencapai takhta Tuhan.

Yusuf, sang bidadari dalam pembungkus duka, diangkat menjadi pemimpin di negeri yang asing. Di balik tirai-tirai waktu, Allah merajut benang takdir, memutar roda hidup, dan menghadirkan kembalinya anak yang dicintai.

Ketika Ya’qub memandang wajah Yusuf, mata air kesyukuran meluap dalam doa syukur. Kisah ini, seperti lukisan di balik pelupuk mata, mengajarkan bahwa setiap ujian adalah pelukan Tuhan yang membentuk jiwa-jiwa keimanan.

Nabi Ya’qub, dalam perjalanan hidupnya, adalah tinta yang menggores catatan kebijaksanaan. Ia adalah langit yang merona warna kasih sayang Tuhan. Dalam ayat-ayat Al-Qur’an, kisahnya memperlihatkan bahwa di antara rembulan dan kabut, ada cahaya keimanan yang membimbing langkah-langkah manusia di lorong waktu.

***

Dalam senja yang merayap pelukisannya, Nabi Ya’qub melangkah di atas jalan kerikil kenabian. Wajahnya yang bersulam kerut mencerminkan kebijaksanaan yang tak terkikis oleh badai ujian. Di bahu yang tekuk, beban kasih seorang ayah yang kehilangan menyatu dalam hening malam.

Hilangnya Yusuf, sang sinar dalam gelap, membuat Ya’qub terbenam dalam lapisan kedalaman hati. Tapi di setiap tetesan air mata yang jatuh, ada doa yang mengalir seperti sungai keabadian. Di dalam ruang sujudnya, Ya’qub berbicara dengan Tuhan, menyusun kata-kata yang tak mampu diungkapkan lidah.

Dan Tuhan, Sang Maha Mendengar, membentangkan lembaran takdir. Yusuf, dari kegelapan sumur, terbang ke puncak takhta Mesir. Dalam ketabahan yang diilhami Tuhan, Ya’qub menunggu, menanti balasan cinta dari langit yang perlahan menyusuri garis-garis doa.

Namun, di balik tirai malam, ada pusaran ujian yang tak kunjung usai. Kesulitan itu bukan sekadar angin kering melainkan badai yang menghempas keras di lautan batin Ya’qub. Saat perut bumi bergetar, kebijaksanaan Nabi itu meresapi kehidupan, memberikan warna baru pada kanvas kisah kenabian.

Yusuf, yang pernah hilang, kini hadir sebagai pemimpin. Raja di atas singgasana yang berkilau, menjelma seperti mimpi yang menjadi nyata. Tetapi dalam pangkuannya, Nabi Ya’qub menemukan pelukan kembali, ciuman kasih sayang yang terpendam, dan wajah yang kini mengalir dalam cahaya kebahagiaan.

Kisah ini, sebuah simfoni kesabaran dan kecintaan, ditenun dalam benang-benang rahmat Tuhan. Ya’qub, seperti pahlawan dalam epik kisah, menghadapi ujian dan fitnah dengan senyum sabar di bibirnya. Doanya, seperti aroma melati di kebun surga, memenuhi angkasa.

Hari berganti hari, dan Nabi Ya’qub merangkai perjalanan hidupnya dengan beningnya air mata dan gemintang-gemintang doa. Dalam panggilan Tuhan, dia menyadari bahwa setiap detik hidup adalah keindahan yang terukir dalam catatan-Nya. Waktu menjadi pelukis yang lembut, melukiskan jejak langkah seorang Nabi yang berserah kepada-Nya.

Di Tanah Sina, Nabi Ya’qub menjadi kisah yang tak terlupakan. Dalam lembaran-lembaran Al-Qur’an, namanya dinyanyikan oleh pena kebijaksanaan, mengajarkan kita bahwa di setiap detik yang bergulir, ada kasih Tuhan yang menyertai, ada pelajaran yang tersembunyi, dan ada keindahan yang tak terungkapkan di balik tirai perjalanan hidup.

***

Dan di tengah perjalanan hidup yang penuh warna, Nabi Ya’qub, seperti pohon yang tumbuh subur di padang kesetiaan, terus menulis kisahnya. Dalam penantian yang panjang, hatinya tetap menyala oleh cahaya keimanan, dan setiap pelajaran hidupnya adalah bagian dari taman ilahi yang terus berkembang.

Ketika sinar matahari memeluk wajahnya yang sudah memancar khidmat, Nabi Ya’qub merasakan lembutnya rahmat Tuhan yang selalu mengalir. Di setiap sudut kehidupan, dia menjadi pembimbing, memberikan pelajaran tentang kesabaran, keteguhan, dan kepercayaan kepada Sang Khalik.

Seiring waktu, keluarga Ya’qub berkembang menjadi suatu bangsa yang besar. Bani Israel, keturunannya yang berlimpah, menjadi warna-warni dalam palet sejarah. Di balik batas waktu yang tak terbatas, nama Ya’qub bersama dengan Bani Israel menjadi nyanyian yang terus berkumandang dalam perjalanan panjang umat manusia.

Namun, dalam kejayaan dan kemakmuran, Nabi Ya’qub tetap merajut doa. Setiap langkahnya adalah rima dalam puisi doa yang terus dihaturkan. Kala senja tiba, dan bayangan hidupnya merentang panjang, dia merenung tentang cinta yang tak pernah luntur, tentang kesetiaan Tuhan yang senantiasa ada.

Pada akhir perjalanannya, di tengah pangkuan kematian, Nabi Ya’qub memandang ke belakang. Ia menyadari bahwa setiap detik kehidupannya adalah petikan indah dalam simfoni keagungan Tuhan. Dalam ketenangan akhir, dia merengkuh kematian dengan senyuman, karena di sana, dia tahu, akan bertemu dengan kekasih sejati, Tuhan yang telah menyertai setiap langkahnya.

Dan begitulah, Nabi Ya’qub As, dengan segala cerita indahnya, menutup lembaran hidupnya. Dalam warisan kesabaran dan keimanan, kisahnya melanjutkan perjalanan di hati setiap pencari kebenaran. Sebab, di dalam kisah Ya’qub, kita menemukan bahwa kehidupan adalah lukisan kebesaran Tuhan yang terus mengalir, dan setiap kisah adalah jejak menuju-Nya.

***

Dalam gelombang kisah Nabi Ya’qub, terdapat hikmah yang memancar seperti sinar matahari memeluk bumi pada pagi yang tenang. Dari beliau, kita memetik mutiara-mutiara kebijaksanaan yang menghiasi kehidupan:

  1. Kesabaran sebagai Pemahat Jiwa

Dalam liku-liku ujian hidup, Nabi Ya’qub mengajarkan bahwa kesabaran adalah pahat yang membentuk jiwa. Seperti pematung yang memahat batu menjadi karya seni, kesabaran memoles manusia menjadi karakter yang tegar dan tabah.

  1. Kesejukan dalam Doa

Dalam setiap air mata yang jatuh, Ya’qub meresapi kelembutan doa. Ia mengajarkan bahwa dalam doa, kita menemukan kesejukan bagi hati yang terbakar, dan dalam setiap rintihan, Tuhan mendengarkan.

  1. Keharmonisan Antara Ridha dan Usaha

Ya’qub mengajarkan tentang keharmonisan antara Ridha dengan takdir Tuhan dan usaha yang tanpa henti. Meski hatinya penuh dengan kerinduan akan anaknya yang hilang, dia tetap berserah diri kepada ketetapan Tuhan.

  1. Kecintaan sebagai Pemimpin Keluarga

Nabi Ya’qub mengajarkan betapa cinta adalah fondasi yang kokoh dalam memimpin keluarga. Cintanya terhadap Yusuf tidak hanya sebagai anak, melainkan sebagai seorang pemimpin yang bijaksana dan penyayang.

  1. Keindahan di Balik Ujian

Dalam setiap ujian, Ya’qub memandang keindahan yang tersembunyi di balik tirai kesulitan. Ia mengajarkan bahwa di setiap cobaan, ada hikmah yang melintas seperti bayang-bayang yang menyapa matahari terbenam.

  1. Kesejahteraan di Tengah Kehilangan

Di tengah kehilangan, Ya’qub tetap menciptakan kedamaian. Ia memahami bahwa kehidupan terus berlanjut, dan di dalam kesedihan, kita masih dapat menemukan kebahagiaan yang bersarang di lubuk hati.

  1. Ketenangan dalam Kematian

Kala ajal menjemput, Nabi Ya’qub menyambutnya dengan ketenangan. Ia mengajarkan bahwa kematian adalah perjumpaan, bukan perpisahan; dan dalam pelukannya, kita kembali kepada Sang Pencipta.

Dari setiap hikmah ini, kisah Nabi Ya’qub menjadi buku pelajaran kehidupan yang terbuka bagi setiap generasi. Ia adalah lentera yang menerangi gelapnya malam, mengajarkan bahwa di setiap titik kehidupan, ada cahaya-Nya yang memandu.

***

Di padang kesabaran, Ya’qub melangkah,

Kisahnya terpahat di buku takdir,

Kesabaran bagaikan sungai yang mengalir,

Menulis puisi indah di hati yang resah.

 

Doa yang melambai di angkasa biru,

Dalam hening malam, terdengar merdu,

Ya’qub, pemahat ketabahan hati,

Menyusun bait-bait, mengalun indah nan suci.

 

Kesedihan tiba, menghampiri langitnya,

Anak tercinta, terbang jauh dalam mimpi,

Namun ia berserah, merentangkan tangan,

Keagungan Tuhan, sang pemintal zaman.

 

Cinta, laksana pelangi di tengah badai,

Ya’qub, penguasa keluarga penuh budi,

Reda dan usaha, berdansa seirama,

Menyusuri lorong waktu, tak terkikis oleh waktu.

 

Bait syair menciptakan ketenangan,

Di pelukan doa, hati terbuka lebar,

Kisah Ya’qub, gemintang di malam,

Mengajarkan keindahan di balik setiap ujian.

 

Dalam kematian, ia tersenyum lembut,

Senandung perpisahan, pelukan yang abadi,

Ya’qub, pemimpin yang melangkah dengan keyakinan,

Menyisakan jejak di gurun kehidupan yang luas.

 

Hikmah meresap dalam bait-baitnya,

Pohon kenabian, tumbuh di hati yang tulus,

Kisah Ya’qub, sebuah sinfonia kehidupan,

Mengajarkan bahwa cinta dan kesabaran adalah suntingan indah dalam panorama ilahi.

©2024. Baiturrahman. All Rights Reserved.

Scroll to Top