Konsistensi Ibadah Di Tengah Kesibukan Dan Dunia Yang Menggoda

Oleh : Ust. Achmad Fahrisi, S.Pd.

24 November 2023

Ketika kesibukan menghampiri dan godaan dunia menjadi rintangan, menjaga konsistensi dalam ibadah bisa menjadi tugas yang menantang bagi setiap Muslim. Namun, dalam ajaran Islam, konsistensi dalam ibadah di tengah tantangan merupakan ujian nyata iman dan keteguhan hati.

Islam menekankan pentingnya konsistensi dalam menjalankan ibadah sebagai wujud pengabdian dan taqwa kepada Allah. Sebagaimana firman-Nya dalam Surah Al-Baqarah (2:197),

وَأَتِمُّوا۟ ٱلْحَجَّ وَٱلْعُمْرَةَ لِلَّهِ ۚ فَإِنْ أُحْصِرْتُمْ فَمَا ٱسْتَيْسَرَ مِنَ ٱلْهَدْىِ ۖ وَلَا تَحْلِقُوا۟ رُءُوسَكُمْ حَتَّىٰ يَبْلُغَ ٱلْهَدْىُ مَحِلَّهُۥ ۚ فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوْ بِهِۦٓ أَذًى مِّن رَّأْسِهِۦ فَفِدْيَةٌ مِّن صِيَامٍ أَوْ صَدَقَةٍ أَوْ نُسُكٍ ۚ فَإِذَآ أَمِنتُمْ فَمَن تَمَتَّعَ بِٱلْعُمْرَةِ إِلَى ٱلْحَجِّ فَمَا ٱسْتَيْسَرَ مِنَ ٱلْهَدْىِ ۚ فَمَن لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلَٰثَةِ أَيَّامٍ فِى ٱلْحَجِّ وَسَبْعَةٍ إِذَا رَجَعْتُمْ ۗ تِلْكَ عَشَرَةٌ كَامِلَةٌ ۗ ذَٰلِكَ لِمَن لَّمْ يَكُنْ أَهْلُهُۥ حَاضِرِى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْعِقَابِ

Artinya: “Dan sempurnakanlah ibadah haji dan ‘umrah karena Allah. Jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), maka (sembelihlah) korban yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya. Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfid-yah, yaitu: berpuasa atau bersedekah atau berkorban. Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan ‘umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. Demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di sekitar) Masjidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekah). Dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya.”

“Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah…” Ayat ini menegaskan perlunya melaksanakan ibadah dengan sempurna, tanpa terpengaruh oleh kesibukan atau godaan dunia.

Rasulullah SAW juga menekankan hal ini dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, “Sesungguhnya tanda kekuatan iman adalah keinginan untuk melaksanakan ibadah yang tidak pernah lepas dari hati seorang mukmin.”

Dunia modern membawa tantangan baru yang dapat menghalangi konsistensi ibadah. Teknologi, gaya hidup yang cepat, dan godaan materi menjadi ujian yang nyata. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an (Al-Hadid 57:20),

ٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌۢ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِى ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَوْلَٰدِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ ٱلْكُفَّارَ نَبَاتُهُۥ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَىٰهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَٰمًا ۖ وَفِى ٱلْءَاخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضْوَٰنٌ ۚ وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلْغُرُورِ

Artinya: “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.”

Bagaimana kita dapat menavigasi tantangan ini? Navigasi spiritual dapat ditemukan dalam petunjuk Islam itu sendiri. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Baqarah (2:286), “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” Oleh karena itu, menata kehidupan agar sesuai dengan prioritas keislaman menjadi kunci utama.

Strategi Mengatasi Godaan.

Manajemen Waktu yang Efektif.

Rasulullah SAW memberikan petunjuk tentang manajemen waktu dalam hadisnya,

“Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu berkata, bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Wahai Mu’adz, tahukah kamu apa hak Allah atas para hamba-Nya dan apa hak hamba atas Allah?” Aku menjawab: ‘Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu’. Beliau bersabda: “Sesungguhnya hak Allah atas para hamba adalah beribadah kepada-Nya dan tidak mensyirikkan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan hak hamba atas Allah adalah Dia tidak menyiksa hamba yang tidak mensyirikkan-Nya dengan sesuatu apapun.”

Pengendalian Diri.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an (Al-Hasyr 59:18-19),

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

وَلَا تَكُونُوا۟ كَٱلَّذِينَ نَسُوا۟ ٱللَّهَ فَأَنسَىٰهُمْ أَنفُسَهُمْ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ

Artinya: “Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.”

Tawakkal.

Memahami konsep tawakkal, yaitu bergantung sepenuhnya pada Allah dalam segala hal. Allah berjanji dalam Al-Qur’an (At-Talaq 65:2),

وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّهُۥ مَخْرَجًا

Artinya: “Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.”

Inspirasi dari Kisah-Kisah Teladan.

Membaca, memahami dan meneladani kisah-kisah penuh hikmah dalam Islam memberikan inspirasi bagi kita. Salah satunya adalah kisah Nabi Ibrahim AS yang tetap konsisten dalam ketauhidan meskipun dihadapkan pada ujian berat menjadi teladan keberanian dan keistiqamahan.

PANDUAN PRAKTIS DALAM KESEHARIAN.

Agar dapat mengoptimalkan waktu yang sangat berharga, mari kita sama-sama mempraktikan panduan yang sederhana dan dapat dilakukan dalam keseharian kita, di antaranya adalah:

1. Rencana Harian Ibadah.
Merencanakan waktu untuk ibadah secara terstruktur setiap harinya merujuk pada usaha yang sengaja dan sistematis dalam mengatur waktu sehari-hari agar mencakup pelaksanaan ibadah secara konsisten. Ini mencakup pembagian waktu untuk shalat, membaca Al-Qur’an, dzikir, dan aktifitas ibadah lainnya. Maksudnya adalah menciptakan suatu jadwal harian yang memprioritaskan aktivitas keagamaan sebagai bagian integral dari rutinitas sehari-hari.

Berikut beberapa langkah yang dapat diambil untuk merencanakan waktu ibadah secara terstruktur setiap harinya:

  a. Identifikasi Waktu- waktu Ibadah Utama.
Tentukan waktu-waktu ibadah utama, seperti waktu shalat lima waktu, shalat sunnah, dan aktivitas keagamaan lainnya.

   b. Buat Jadwal Harian.
Buatlah jadwal harian yang mencakup waktu-waktu ibadah tersebut. Tentukan dengan jelas kapan Anda akan melaksanakan shalat fardhu, shalat sunnah, membaca Al-Qur’an, dzikir, dan ibadah lainnya.

  c. Prioritaskan Ibadah.
Jadikan ibadah sebagai prioritas utama dalam perencanaan harian Anda. Sisihkan waktu yang cukup untuk aktivitas keagamaan tanpa mengorbankan kewajiban lain yang penting.

  d. Fleksibilitas dalam Penjadwalan.
Meskipun memiliki jadwal yang terstruktur, penting untuk tetap fleksibel. Kehidupan sehari-hari seringkali penuh dengan ketidakpastian, dan Anda mungkin perlu menyesuaikan jadwal sesuai kebutuhan.

  e. Berikan Ruang untuk Kegiatan Produktif.
Pastikan waktu untuk ibadah tidak hanya dianggap sebagai beban, tetapi juga sebagai kesempatan untuk mendapatkan ketenangan dan keteguhan spiritual. Berikan ruang untuk aktivitas keagamaan yang memberikan makna dan kedamaian.

  f. Evaluasi dan Perbaikan.
Secara berkala, evaluasilah jadwal harian Anda untuk memastikan konsistensi dalam ibadah. Jika diperlukan, lakukan perbaikan dan penyesuaian agar lebih sesuai dengan kebutuhan dan kondisi Anda.

  g. Libatkan Keluarga atau Teman.
Jika mungkin, melibatkan keluarga atau teman dalam jadwal ibadah Anda dapat memberikan dukungan dan menciptakan lingkungan yang mendukung kegiatan keagamaan.
Merencanakan waktu untuk ibadah secara terstruktur setiap harinya membantu menciptakan pola hidup yang seimbang antara urusan duniawi dan kebutuhan spiritual. Ini memberikan kesempatan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah dan membentuk kebiasaan positif yang dapat memberikan manfaat jangka panjang dalam perjalanan spiritual seseorang.

2. Evaluasi Diri.
Melakukan evaluasi diri secara berkala untuk memastikan konsistensi ibadah tetap terjaga merujuk pada tindakan menyelidiki dan mengevaluasi sejauh mana seseorang telah mematuhi dan menjalankan komitmen terhadap ibadahnya. Evaluasi ini dilakukan secara rutin dan objektif untuk mengukur tingkat konsistensi dalam melaksanakan ibadah harian dan aktivitas keagamaan lainnya. Maksudnya adalah untuk meninjau kembali perilaku dan praktik ibadah, dan jika perlu, membuat perbaikan atau penyesuaian agar konsistensi dapat dipertahankan atau ditingkatkan.

Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil dalam melakukan evaluasi diri terkait konsistensi ibadah:

  a. Peninjauan Jadwal Harian:
Tinjau kembali jadwal ibadah harian yang telah dibuat. Periksa apakah telah diikuti sebagaimana yang telah direncanakan.

  b. Analisis Kualitas Ibadah:
Evaluasi bukan hanya sebatas melihat apakah ibadah telah dilakukan, tetapi juga sejauh mana kualitasnya. Pertimbangkan apakah ibadah tersebut dilaksanakan dengan khushu’ (khusyuk) dan ikhlas.

  c. Refleksi pada Hambatan dan Prestasi:
Refleksikan hambatan-hambatan yang mungkin dihadapi dalam menjaga konsistensi ibadah dan apa yang telah dicapai selama periode tertentu. Pertimbangkan cara untuk mengatasi hambatan tersebut.

  d. Pengukuran Kemajuan Pribadi:
Tentukan parameter atau indikator kemajuan pribadi dalam hal konsistensi ibadah. Mungkin mencakup jumlah shalat tepat waktu, intensitas membaca Al-Qur’an, atau aktivitas keagamaan lainnya.

  e. Dukungan dari Lingkungan:
Evaluasi sejauh mana lingkungan sekitar mendukung konsistensi ibadah. Apakah ada aspek-aspek tertentu dalam lingkungan yang dapat mempengaruhi ibadah positif atau negatif?

  f. Identifikasi Kelemahan dan Peningkatan:
Identifikasi kelemahan atau area di mana konsistensi belum optimal. Selanjutnya, pikirkan strategi atau perbaikan yang dapat membantu meningkatkan konsistensi di area tersebut.

  g. Perubahan pada Jadwal:
Jika diperlukan, sesuaikan jadwal harian berdasarkan hasil evaluasi. Mungkin Anda perlu menyesuaikan waktu ibadah atau merencanakan kembali strategi yang lebih efektif.
Doa dan Tawakkal:
Sertakan doa dan tawakkal dalam evaluasi diri. Memohon pertolongan dan petunjuk Allah adalah langkah penting dalam memastikan konsistensi ibadah.

Melalui proses evaluasi diri ini, seseorang dapat memiliki pemahaman yang lebih baik tentang sejauh mana mereka telah mencapai tujuan konsistensi ibadah dan mengidentifikasi area yang memerlukan perhatian lebih. Dengan terus memperbarui dan menyempurnakan jadwal ibadah berdasarkan hasil evaluasi, seseorang dapat membangun konsistensi dalam mendekatkan diri kepada Allah.

3. Refleksi Spiritual.
Menggunakan waktu untuk merenung dan meresapi kebesaran Allah merujuk pada tindakan secara sengaja dan mendalam dalam merefleksikan serta menghayati kebesaran Allah SWT. Ini melibatkan waktu yang dihabiskan untuk kontemplasi, introspeksi, dan pemahaman mendalam terhadap sifat-sifat Ilahi dan tanda-tanda kebesaran-Nya yang termanifestasikan dalam ciptaan-Nya.

Maksud dari kegiatan ini dapat diuraikan sebagai berikut:

  a. Kontemplasi terhadap Ciptaan.
Menghabiskan waktu untuk memikirkan dan mengamati alam semesta, mencermati keindahan dan ketertiban yang ada di dalamnya.
Memahami bahwa setiap aspek kehidupan, dari yang terkecil hingga yang terbesar, adalah tanda kebesaran Allah.

  b. Meditasi terhadap Ayat-Ayat Al-Qur’an.
Merenungkan dan meresapi ayat-ayat Al-Qur’an yang menggambarkan sifat-sifat Allah, tanda-tanda kekuasaan-Nya, dan petunjuk hidup.
Memperdalam pemahaman terhadap ajaran Allah dan merenungkan implikasi spiritualnya dalam kehidupan sehari-hari.

  c. Introspeksi Diri.
Merenungkan kebesaran Allah juga melibatkan introspeksi terhadap diri sendiri.
Mengevaluasi perilaku dan tindakan pribadi dalam konteks nilai-nilai agama, serta mengidentifikasi cara-cara untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah.

  d. Istighfar dan Syukur.
Meresapi kebesaran Allah juga melibatkan pengakuan dosa-dosa dan kesalahan, disertai dengan doa istighfar (minta ampun).
Menyertakan rasa syukur atas nikmat-nikmat yang diberikan Allah sebagai ungkapan penghargaan dan tunduknya hati.

  e. Pemikiran tentang Kematian dan Akhirat.
Menggunakan waktu untuk merenungkan kematian dan kehidupan setelah mati.
Memikirkan bagaimana amal perbuatan di dunia akan memengaruhi kehidupan di akhirat.

  f. Mengamati Tanda-tanda Allah dalam Kehidupan Sehari-hari.
Mengarahkan perhatian pada tanda-tanda kebaikan, rahmat, dan keadilan Allah yang dapat diamati dalam kehidupan sehari-hari.
Menyadari bahwa setiap pengalaman hidup membawa pelajaran dan ujian yang merupakan bagian dari rencana-Nya.

Menggunakan waktu untuk merenung dan meresapi kebesaran Allah adalah bentuk pengabdian dan ketundukan kepada Sang Pencipta. Ini memberikan kesempatan bagi setiap individu untuk mendekatkan diri kepada-Nya, memperdalam pemahaman agama, dan menumbuhkan rasa syukur serta ketaqwaan. Aktivitas ini menciptakan ruang untuk memperkuat ikatan spiritual dan meningkatkan kesadaran akan kehadiran Allah dalam setiap aspek kehidupan.

Konsistensi dalam ibadah adalah perjalanan spiritual yang memerlukan ketekunan dan kesungguhan. Dengan mengambil inspirasi dari ajaran Islam, menjaga konsistensi dalam ibadah di tengah kesibukan dan godaan dunia dapat menjadi sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT dan meraih kesejahteraan spiritual yang hakiki. Sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an (Al-Ankabut 29:69), “Dan orang-orang yang berjuang untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.”

والله أعلمُ بالـصـواب

©2023. Baiturrahman. All Rights Reserved.

Scroll to Top