اَوَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللّٰهُ بِهٖ بَعْضَكُمْ عَلٰى بَعْضٍ ۗ لِلرِّجَالِ نَصِيْبٌ مِّمَّا اكْتَسَبُوْا ۗ وَلِلنِّسَاۤءِ نَصِيْبٌ مِّمَّا اكْتَسَبْنَ ۗوَسْـَٔلُوا اللّٰهَ مِنْ فَضْلِهٖ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمًا
Artinya: “Janganlah kamu berangan-angan (iri hati) terhadap apa yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. Bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Ayat ini merupakan nasihat dan peringatan Allah kepada orang-orang yang beriman. Allah mengingatkan agar mereka tidak berangan-angan atau iri hati terhadap karunia dan nikmat yang diberikan-Nya kepada sebagian umat-Nya lebih banyak daripada yang lain. Ayat ini menekankan bahwa pemberian Allah bersifat adil dan sesuai dengan kebijaksanaan-Nya.
Dalam konteks ini, ayat juga menyatakan bahwa setiap individu, baik laki-laki maupun perempuan, memiliki bagian dari hasil usahanya sendiri. Allah menggarisbawahi prinsip keadilan dalam pemberian-Nya, dan bahwa setiap orang mendapatkan bagian yang sesuai dengan usaha dan usahanya masing-masing.
Selanjutnya, ayat menunjukkan bahwa jika seseorang menginginkan tambahan atau berkah dari Allah, hendaknya mereka meminta kepada-Nya. Ini adalah bentuk tawakal dan rasa syukur kepada Allah yang Maha Mengetahui segala sesuatu. Allah mengetahui kebutuhan dan keadaan hamba-hamba-Nya, dan Dialah yang Maha Pemberi dan Maha Mengetahui segala sesuatu.
Dengan demikian, ayat ini mengajarkan umat Islam untuk menjauhi sifat hasad (iri hati), menghargai karunia Allah, bekerja keras, dan selalu bersyukur kepada-Nya atas apa yang telah diberikan.
Penyakit hasad adalah bentuk penyakit hati yang disebabkan oleh perasaan iri hati atau cemburu terhadap keberhasilan, prestasi, atau kebahagiaan orang lain. Dalam konteks Islam, hasad dianggap sebagai penyakit spiritual yang dapat merusak keadaan hati dan mempengaruhi hubungan sosial seseorang. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut tentang penyakit hasad dan bahayanya:
Hasad berasal dari kata Arab yang berarti iri hati atau cemburu. Ini adalah perasaan negatif yang muncul ketika seseorang tidak senang melihat kebaikan, keberhasilan, atau kebahagiaan orang lain. Hasad dapat mengarah pada perbuatan negatif seperti fitnah, ghibah, atau berusaha merugikan orang yang menjadi objek iri hati.
– Merusak Keindahan Hati: Hasad merusak keindahan hati yang seharusnya dipenuhi dengan kebaikan, kasih sayang, dan kedamaian. Ia menggantikan kebaikan dengan rasa iri dan kecemburuan.
– Menghalangi Kemajuan Rohaniah: Hasad dapat menjadi penghalang bagi kemajuan rohaniah seseorang. Alih-alih fokus pada pertumbuhan spiritual, perasaan iri hati dapat menghambat perkembangan positif.
– Meracuni Hubungan Sosial: Perasaan iri hati dapat meracuni hubungan sosial. Hubungan yang seharusnya dijaga dengan baik bisa rusak akibat kompetisi dan kecemburuan.
– Pemicu Perasaan Tidak Puas: Hasad memicu perasaan tidak puas dan keinginan terus-menerus untuk lebih dari yang dimiliki. Orang yang terjangkit hasad cenderung tidak pernah merasa cukup.
– Membuat Hati Terusik: Hasad menciptakan kegelisahan dalam hati. Alih-alih menikmati keberkahan yang diberikan Allah, hati menjadi terusik oleh perasaan iri dan tidak bahagia.
– Menghalangi Keberkahan dan Rezeki: Dalam konteks keimanan, hasad bisa menjadi penghalang terhadap keberkahan dan rezeki yang seharusnya Allah sediakan.
Penting untuk menyadari bahaya hasad dan berusaha untuk menghindarinya dengan menjaga kebersihan hati, bersyukur, dan memperkuat iman. Islam mendorong umatnya untuk memerangi hasad dan membiasakan sikap tawakal serta syukur atas nikmat yang diberikan Allah kepada setiap hamba-Nya.
ANCAMAN SERIUS
Hasad menjadi ancaman serius karena ia membawa dampak negatif yang dapat merusak keadaan hati dan menghalangi kemajuan rohaniah seseorang. Berikut adalah beberapa penjelasan lebih rinci:
Hasad bisa mengubah hati yang sejuk dan damai menjadi tempat yang penuh dengan kecemburuan dan ketidakpuasan. Iri hati merusak keindahan hati yang seharusnya dipenuhi dengan kasih sayang, kebaikan, dan kedamaian.
Dalam konteks spiritual, hasad dapat menjadi penghambat kemajuan rohaniah seseorang. Alih-alih fokus pada pertumbuhan pribadi dan hubungan yang lebih baik dengan Allah, perasaan iri hati dapat menjauhkan seseorang dari kebaikan dan pertumbuhan spiritual.
Hasad dapat meracuni hubungan sosial antara individu. Rasa iri hati cenderung menciptakan lingkungan yang tidak sehat di antara teman-teman, keluarga, atau komunitas. Hal ini bisa merusak hubungan yang seharusnya dijaga dengan baik.
Orang yang terjangkit hasad cenderung tidak pernah puas dengan apa yang mereka miliki. Mereka selalu merasa kurang dan terus-menerus membandingkan diri dengan orang lain, yang pada gilirannya memicu perasaan tidak puas dan ketidakbahagiaan.
Hasad menciptakan kegelisahan dalam hati seseorang. Alih-alih menikmati keberkahan dan nikmat yang telah diberikan Allah, hasad membuat hati terusik oleh perasaan kecemburuan dan ketidakpuasan.
Dalam perspektif keimanan, hasad bisa menjadi penghalang terhadap keberkahan dan rezeki yang Allah sediakan. Kecemburuan dapat menghentikan aliran kebaikan dan berkah karena hati yang terusik dan tidak bersih.
Oleh karena itu, penting untuk mengatasi hasad dengan menjaga kebersihan hati, bersyukur atas apa yang dimiliki, dan menguatkan hubungan dengan Allah. Dengan begitu, kita dapat melindungi hati dari dampak negatif yang mungkin timbul akibat iri hati.
HATI YANG TENANG DAN DAMAI
Menghindari bahaya hasad memang memerlukan usaha dan kesadaran diri yang kuat. Dengan bersyukur, mendukung sesama muslimah, dan memperkuat hubungan dengan Allah, kita bisa merintis perjalanan menuju hati yang damai dan sejahtera. Pentingnya menjaga hati dari hasad tidak hanya menciptakan kehidupan yang lebih baik di dunia ini, tetapi juga membuka pintu kebahagiaan sejati di akhirat.
Bersyukur adalah modal utama dalam perjalanan melawan hasad. Dengan menyadari dan mensyukuri segala karunia yang telah diberikan Allah, hati kita menjadi terisi oleh rasa syukur yang memancarkan kebaikan dan positivitas.
Dalam melangkah menuju hati yang damai, mendukung sesama muslimah adalah langkah penting. Memberikan dukungan dan memberi semangat pada kesuksesan mereka akan menciptakan lingkungan sosial yang penuh kasih dan saling memotivasi.
Tidak ada kekuatan yang lebih besar daripada hubungan dengan Allah. Dengan memperkuat ikatan spiritual melalui doa, dzikir, dan taat kepada-Nya, kita membentuk pagar pertahanan yang kokoh terhadap godaan hasad.
Melalui kesadaran dan usaha ini, hati yang tenang dan damai dapat tumbuh dan berkembang. Hati yang bebas dari beban hasad mampu menikmati kedamaian batin, menatap dunia dengan mata yang penuh rasa syukur, dan menjalani kehidupan dengan penuh kebahagiaan.
Sebagai muslimah, perjalanan ini adalah sekaligus perjalanan rohaniah yang membimbing kita ke arah yang benar. Kita tidak hanya mencari kedamaian untuk diri sendiri, tetapi juga memberikan dampak positif pada orang-orang di sekitar kita. Dengan begitu, kita membangun tidak hanya hati yang damai tetapi juga menebar kebaikan di sepanjang perjalanan hidup kita. Ingatlah, kebahagiaan sejati tidak hanya berada di hasil akhir perjalanan ini, tetapi juga terletak dalam setiap langkah yang kita ambil menuju ke arah yang benar.
والله أعلمُ بالـصـواب