Ilmu lebih lezat dari Pizza

Oleh : Ustadz. Sukarmo, ST, MPd.

09 Oktober 2023

بسم الله الرحمن الرحيم

Derajat orang yang berilmu berada pada derajat yang sangat tinggi. Allah berfirman dalam Quran surat Ali Imron ayat 18

شهد الله أنه لا اله إلا هو والملائكةوأولو العلم قائما بالقسط

Ayat tersebut menjelaskan bagaimana Allah memulai menyebut diri Nya sendiri, kemudian para malaikat Nya dan orang-orang yang memiliki ilmu. Ayat itu menggambarkan betapa tingginya derajat orang yang memiliki ilmu dibanding dengan manusia lainnya. Dalam ayat lain Allah menegaskan tentang derajat orang-orang yang berilmu dalam Q.S AL Mujadalah ayat 11 yang sebaagian kita mungkin sudah mengenal ayat tersebut,

يرفع الله الذين امنو منكم و الذين أوتوا العلم درجة

Dialah Allah yang mengangkat orang-orang yang beriman diantara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.

Ibnu Abbas Radhiallahu ‘anhuma menyatakan tentang ayat ini,

للعلماء درجة فوق المؤمنين بسبعمائة درجة بين الدرجتين مسيرة خمسمائة عام

Bagi ulama, derajatnya di atas kaum mu’minin lebih tinggi tujuh ratus derajat yang antara satu derajat dengan derajat lainnya sejauh perjalanan lima ratus tahun.

Itulah kedudukan orang-orang yang berilmu sehingga pantaslah mereka adalah orang-orang yang lebih mencintai Allah dibandingkan dengan yang lainnya. Merekalah yang imannya paripurna seperti yang Allah ungkapkan dalam Q.S Ali Imron ayat ke 7. Mereka pula lah yang dikatakan oleh Allah adalah orang-orang yang paling takut kepada Allah dibandingkan dengan hamba Allah yang lainnya seperti yang Allah ungkapkan dalam Q.S Fathir ayat 28. Allah pula yang menyatakan bahwa yang dinamakan orang yang berakal adalah orang yang berilmu seperti yang Allah ungkapkan dalam Q.S  Al Ankabur ayat 43,

 وما يعقلها إلا العالمون dan tidaklah berakal kecuali orang-orang yang berilmu. Dan masih banyak yang lainnya akan fadhilah atau keutamaan orang-orang yang berilmu. Dengan ilmu, jalan menjadi terang benderang. Dengan ilmu pula kita tidak akan terjebak terhadap bujuk rayu Syaithon laknatullah. Dengan ilmu kebodohan akan sirna dalam diri kita dan berganti dengan kilauan cahaya yang memancar dari seluruh sudut tubuh kita. Namun jika tidak demikian maka kebodohan, kedunguan akan menyelimuti kita, akan menjerat kita dan akhirnya kita jatuh kepada keterpurukan.

Imam Ibnu Taimiyah menyatakan dalam kitab Minhajus sunahnya jilid ke 2,

ومن تكلم بغير علم كان مبطلا في كلامه, ومن احتج بغير علم كانت حجته داحضة

Dan barang siapaa yang berbicara tanpa ilmu maka ia dalah keadaan bathil dalam perkataannya dan barang siapa menyandarkan diri pada sesuatu tanpa ilmu maka hujjahnya bathil

Ilmu adalah anugerah

Dzat yang memiliki ilmu adalah Allah subhanahu wa ta’ala. Allah menyebut dirinya sebagai العالم sang pemilik ilmu yang memiliki sifat عليم, maha mengetahui. Ketika seseorang memiliki ilmu maka itu adalah anugerah dari Allah subhanahu wa ta’ala. Rasulullah menegaskan dalam perkataan beliau yang diriwayatkan dari shahabat besar Muawiyah radhiallahu ‘anhuma, Rasulullah bersabda:

من يرد الله خيرا يفقحه فى الدين,

Barang siapa yang dikehendaki oleh Allah kebaikan, maka Allah akan dalamkan ia dalam bidang ilmu agama. Kata خيرا dalam hadits tersebut adalah isim nakirah yang berarti kebaikan yang banyak, yang tak terhingga. Hal ini berarti bahwa orang yang diberikan ilmu adalah orang yang diberikan kebaikan yang sangat banyak. Namun demikian untuk mendapatkan kebaikan yang banyak tersebut harus diupayakan dengan upaya yang sungguh sungguh sehingga Allah menganugerahkan kebaikan yang banyak berupa ilmu. Kita diperintahkan oleh Allah untuk berupaya dengan seoptimal mungkin, dengan seluruh kemampuan kita, nanti Allah yang akan memberikan kebaikan itu kepada kita.

Kelezatan Ilmu

Imam AL Ghazali dalam kitab Ihya ulumuddin jilid pertama menyatakan,

إذا نظرت إلى العلم رأيته لذيذا في نفسه فيكون مطلوبا لذاته, ووجدته وسيلة إلى دار الأخرة وسعاداتها وذريعة إلى القرب من الله تعالى ولا يتوصل إليه إلا به

Ketika aku memperhatikan terhadap ilmu, maka aku melihat ilmu itu memiliki kelezatan pada dirinya sehingga menjadilah ia dicari kelezatannya dan aku menemukannya sebagai sarana untuk menuju pada negeri akherat dan kebahagiaan di dalamnya serta menjadi sarana untuk mendekatkan kepada Allah subhanahu wa ta’a dan tidak akan bisa mencapai itu semua kecuali dengan ilmu.

Itulah pernyataan yang indah dari seorang hujjatul Islam, Imam Al Ghazali tentang lezatnya ilmu. Rasulullah menyatakan ada dua orang yang tidak akan pernah merasa puas dalam hidupnya yaitu pencari dunia dan pencari ilmu. Bagi orang yang malas mencari ilmu, malas membaca, malas mengkaji maka ia tidak akan mendapatkan anugerah yang besar dari Allah subhanahu wa ta’ala tersebut. Ketika seseorang terjatuh dalam kebodohan maka ia akan menderita dalam hidupnya. Orang yang mencari ilmu dan berusaha untuk menguasai ilmu maka kedudukannya  akan tinggi di hadapan Alah dan di hadapan manusia.  Imam Al Ghazali menjelaskan bahwa tidak akan ada yang bisa menjadi jembatan untuk mencapai kebahagiaan akhirat kecuali dengan ilmu dan amal dan tidak akan bisa melakukan amal kecuali dengan ilmu tentang kaifiyat untuk melakukan amal perbuatan tersebut sehingga beliau menyatakan,

فأصل السعادة في الدنيا والأخرة هو العلم فهو إذا أفضل العمل

Maka sumber kebahagiaan di dunia dan di akherat adalah ilmu sehingga dengan demikian maka ilmu adalah amal yang terbaik.

Hal ini bisa disadari bahwa untuk melakukan perbuatan yang terbaik maka sumbernya adalah ilmu. Tapa ilmu maka seseorang akan serampangan dalam melakukan perbuatan dan hasilnya tidak akan optimal, bahkan akan mengalami kerusakan. Imam Bukhori dalam shohihnya membuat judul dalam kitab tersebut العلم قبل القول و العمل, ilmu sebelum berkata dan bertindak. Sehingga karena ilmu itu adalah sumber kebahagiaan di dunia dan di akherat maka sang pencari ilmu akan merasakana kelezatan yang sangat luar biasa. Ia akan rela kurang tidur demi mendapatkan ilmu. Ia akan rela mengeluarkan hartanya demi mendapatkan ilmu seperti yang dilakukan oleh para salafush sholih zaman dulu ketika mereka mencari ilmu. Dengan ilmu pula kita bisa membaca dalam sejarah, Islam menjadi cahaya yang menerangi dunia ini dengan kemilaunya. Orang-orang barat berbondong-bondong berdatangan kepada sumber-sumber ilmu Islam untuk mendapatkan cahaya tersebut. Mereka merasakan manisnya hidangan ilmu yang disajikan oleh para alim ulama pada saat itu.

Kesimpulan

Kebahagiaan dunia akan tercapai dengan ilmu, kebahagiaan akhirat akan tercapai dengan ilmu dan kebahagiaan kedua nya akan tercapai dengan ilmu. Kita perlu mencontoh bagaimana para ulama yang menjadi rujukan umat Islam sepanjang zaman dalam mencari ilmu. Mereka berupaya dengan sekuat tenaga hingga akhirnya ilmu itu hadir di dalam diri mereka sebagai anugerah yang tiada terhingga dari Allah subhanahu wa ta’ala. Anugerah tersebut tidak hanya dirasakan oleh orang-orang segenerasi mereka, tetapi melintasi waktu, melewati zaman hingga sampailah ilmu mereka kepada kita yang hadir di planet bumi ini di zaman akhir.

Marilah kita sama-sama merasakan keni’matan yang tiada terhingga dengan kita semangat untuk mencari ilmu.

والحمد لله الذي لنعمته تتم الصالحات, واخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين. ولا حول ولا قوة إلا بالله. انتهى

Refferensi:

  1. Kitab Ihyaau ulumiddin karya Imam Al Ghzali
  2. Kitab Minhajus sunah Imam Ibnu Taimiyah
  3. Kitab Shohih Bukhori.

©2023. Baiturrahman. All Rights Reserved.

Scroll to Top