Apa yang kamu harapkan dengan menjadi seorang Guru? Apa nggak kepikiran bekerja selain menjadi Guru? Memangnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dari gaji seorang Guru?
Menurutku pertanyaan-pertanyaan seperti itu tak membutuhkan jawaban, karena apapun alasannya tetap saja tidak akan memuaskan sipenanya. Aku hanya perlu menyampaikan bahwa aku sangat bahagia dengan pilihan hidupku menjadi seorang Guru. Titik!
Bagiku menjadi seorang Guru yang telah dicita-citakan sejak duduk di bangku sekolah dasar adalah anugerah terindah dalam episode kehidupanku di muka bumi. pekerjaan yang dulu sering dibayangkan saat sekolah, dan kini semuanya menjadi nyata. Bahkan aku bisa mendapatkan sesuatu yang berharga dari pekerjaan ini yang belum tentu aku bisa raih jika bukan menjadi Guru.
Saat aku mendapatkan peringkat pertama diakhir kelas lima, Guru olah raga yang saat itu menggantikan wali kelas yang berhalangan hadir karena sakit, bertanya kepadaku apa cita-cita yang ingin di raih di masa depan. Saat itu aku tidak pernah ragu untuk mengatakan “ingin menjadi Guru” namun ternyata Guruku tidak menyukai apa yang aku cita-citakan itu, bahkan sempat keluar kata-kata yang terdengar kasar di telingaku. Sedih? Pasti! Karena sejatinya hari itu adalah momen yang membahagiakan karena aku berhasil mendapatkan peringkat terbaik di kelas, namun kenyataannya berbanding terbalik karena Guruku berbeda pandangan tentang sebuah cita-cita.
Lima belas tahun berlalu, aku ditakdirkan bertemu dengan Guru SD ku itu dalam sebuah pelatihan. Saat itu aku diminta menjadi Instruktur dan fasilitasor dalam sebuah kegiatan pelatihan bagi Guru SD se-Kecamatan. Tiba-tiba bayangan masa lalu terbuka Kembali, dan kata-kata yang diucapkannya dulu terngiang juga di telingaku. Namun secepat kilat aku hapus pikiran-pikiran yang akan merusak jiwaku itu, aku sambut beliau dengan penuh adab layaknya seorang murid terhadap Gurunya. Bahkan aku sampaikan kepada seluruh peserta yang saat itu semua guru SD, bahwa beliaulah Guru yang memotivasiku untuk menjadi seorang Guru. Aku lihat cara menatap beliau yang begitu bangga dan haru saat aku sampaikan ucapan terima kasih atas ilmu selama aku menjadi muridnya dulu.
Keinginan menjadi Guru memang sudah menjadi sebuah Azzam yang kokoh terpatri dalam sanubariku. Bahkan saat awal kuliah, aku memutuskan untuk bekerja menjadi Guru di TKA, TPA, dan TQA. Alhamdulillah hasil dari mengajar sedikit demi sedikitaku kumpulkan untuk biaya kuliah. Selain mengajar waktu lainnya aku gunakan untuk mengajar privat mengaji dan pelajaran SD an SMP. Bagiku arti kata Lelah menjadi lillah begitu nyata terasa. Pengalaman ini membuatku semakin yakin bahwa keberkahan dari seorang Guru adalah Ketika murid kita mampu memahami dan mengaplikasikan apa yang kita ajarkan dengan penuh suka cita.
Pola kedekatan dengan murid adalah cara terbaikku untuk memudahkan interaksi dan proses pembinaan. Alhamdulillah semua murid-muridku yang dulu pernah aku bimbing, hingga saat ini masih menjalin silaturahmi dengan sangat baik. Inilah alasan mengapa kebahagiaan seorang Guru itu lebih besar.
Tiga dekade sudah aku jalani pekerjaan dan pengabdian menjadi seorang Guru. Pengalam berharga mendidik anak-anak TK, SD, SMP,SMA, bahkan Perguruan Tinggi telah memberikan kesan mendalam. Dari profesi ini pula Allah anugerahkan beberapa prestasi yang telah berhasil ditorehkan, seperti Guru Berprestasi dari mulai tingkat Kabupaten, Provinsi Jawa Barat, Nasional, bahkan Asia. Selain itu aku juga mendapatkan pengalaman yang sangat berharga saat mendapatkan apresiasi dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia untuk mengikuti Pendidikan di Negara Federasi Jerman. Sekaligus mendapat apresiasi literasi ke Malaysia dan Singapura, kemudian ke Belanda sebelum akhirnya menimba ilmu di Jerman. Hal yang paling menggembirakan adalah saat akhirnya aku terpilih untuk melanjutkan perjalanan Pendidikan hingga ke Paris-Prancis.
Dulu ibuku pernah menyampaikan pesan terbaik saat aku menginginkan menjadi Guru. kata ibuku, jika kamu ingin menjadi Guru maka jadilah Guru yang ikhlas, karena keikhlasan itu adalah sumber kesuksesan dan kekayaan lahir bathin. Demikian kata ibuku yang secara tidak langsung memitovasiku untuk bertahan dengan cita-cita ini hingga akhir hayatku kelak. Insya Allah.
Kini dengan segala keberkahan yang telah aku dapatkan selama menjadi Guru, aku ber Azzam untuk selalu belajar meningkatkan kualitas diri hingga mampu menjadi inspirasi bagi murid-murid terbaikku.
I Was Born To Be A Great Teacher