MENGAPA MENJADI GURU ?
Ada yang menjadi Guru, karena Bapaknya Guru
Ada cerita menjadi Guru, karena Ibunya Guru
Ada yang menjadi Guru, karena terjebak kuliah di pendidikan
Ada hasrat menjadi Guru, karena lebih mudah dapat kerja
Ada kisah menjadi Guru, karena mudah menjadi PNS
Ada kontradiksi, Guru tapi tidak suka disebut Guru
Ada kemelut, tak Guru tetapi merasa Guru
Guru, karena apapun ituTak perlu risaukan lagi
Kini, anda sudah menjadi Guru
Kemarin, mungkin itu keterpaksaan
Hari ini, saat ini
Tekadkan “menjadi Guru” adalah Keputusan!
Apa cita-cita Anda ketika SD ? apa cita-cita Anda saat masuk SMP? Apa cita-cita Anda saat masuk SMA/SMK/MA? Adakah yang tetap sama? Atau selalu berganti seiring pola pikir anda saat itu? Bagaimana dengan kenyataan saat ini? Adakah yang dream come true? Atau sebaliknya, anda tidak pernah menyangka jika akhirnya saat ini anda menjadi seorang guru?
Saat sekolah menjadi hal yang lumrah ketika guru menanyakan apa cita-cita muridnya. Bahkan ketika murid-muridnya kebingungan dengan cita-cita mereka, guru selalu mengutip kata-kata motivasi dari Presiden Pertama Republik Indonesia yaitu Bapak Ir. Soekarno, “gantungkan cita-citamu setinggi langit, bermimpilah setinggi langit, jika terjatuh engkau akan jatuh diantara bintang-bintang”.
Akhirnya banyak diantara murid yang mulai menentukan pilihan untuk masa depannya, ada yang ingin dibidang kesehatan, ada yang memilih dibidang ekonomi, ada yang memilih dibidang teknik dan IT, ada yang memilih dibidang politik, ada yang memilih dibidang pertanian, dan ada juga yang memilih menjadi TNI, Polisi, namun sangat jarang ditemukan yang kemudian menentukan pilihannya menjadi guru. Mengapa? Ada yag menjawab tidak keren, tidak gagah, membosankan, tidak asyik, dibenci murid, dikata-katain muridnya, bahkan ada yang menjawab gajinya kecil.
Kadang sungguh sedih membayangkan topik tentang guru itu, dan bahkan akhirnya, satu-satunya teman yang bercita-cita jadi guru pun, akhirnya tidak menjadi guru.
Jika alasan memilih profesi menjadi guru adalah karena uang, gagahnya, atau asyiknya. Tentu guru bukanlah sebuah pilihan yang banyak diincar generasi muda. Tetapi dalam kenyataannya hidup selanjutnya, banyak individu yang tidak bercita-cita menjadi guru, akhirnya terjun menjadi guru.
Mengapa guru?
Ada banyak versi jawaban orang, ketika ditanya mengapa guru yang menjadi pilihannya. Ada yang berkata, “Ini pilihan ketigaku saat mengikuti seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri, dan masuk di Fakultas Kependidikan, jadi saya pikir Allah sudah menakdirkan saya menjadi guru, ya saya nukmati saja. walaupun sebenarnya saya ingin di bidang Teknik atau IT, tapi nggak lolos.” Jawaban ini lumayan bagus karena dia berusaha menikmati takdirnya.
Ada lagi jawabannya yang berbeda, “Saya menjadi guru karena kami dari keluarga guru. Ayakhku guru SD dan ibuku guru SMP. Darah keguruan mungkin sudah mengalir deras sehingga ada kemungkinan dia bagus menjadi guru tetapi belum tentu menjadi guru adalah panggilan jiwa atau cita-citanya.
Jawaban lain lagi, “Saya menjadi guru karena bisa jadi PNS.” Jawaban ini kurang mantap, tidak menjelaskan bahwa menjadi guru adalah cita-citanya, tetapi masih bisa dimengerti bahwa dia ingin menjadi pelayan masyarakat alias PNS. Sebaliknya, ada yang mengambil jurusan Non kependidikan/Non keguruan, tetapi justru mengikuti program Akta Empat (A4) agar bisa mengajar. Kenapa tiba-tiba mengajar? Ada yang bilang, saya susah dapat kerja kalau nonkependidikan” dan banyak lagi alasan lainnya.
Bagaimana dengan cerita Anda?
Apakah Anda menjadi guru karena panggilan jiwa yang dalam? Apakah memang cita-cita Anda menjadi guru? Apakah sejak Sekolah Menengah Atas sudah berkeinginan kuat menjadi seorang guru? atau Anda memang berbakat mengajari orang lain? Jika jawabannya “iya”, luar biasa sekali, Anda sangat tepat mendapat ucapan “Selamat dari kami mantan murid.”
Namun Anda para guru yang saat ini menjadi tenaga pendidik di sekolah baik di negeri maupun swasta, baik di SD/MI, SMP/MTs,SMA/MA, atau SMK yang sebelumnya tidak pernah bercita-cita menjadi guru, apakah Anda memiliki semangat mengajar saat ini?
Bagi yang belum memiliki semangat mengajar, baik yang dulunya bercita-cita maupun yang terjebak menjadi guru, mulai hari ini mari menjawab bahwa “menjadi guru adalah cita-citaku.” Apakah berarti kita berbohong ? Tidak!, guru adalah angan-anganku. Mungkin dulu tidak konkrit, dulu tidak kutulis, hanya ada dalam imajinasiku, dalam khayalanku. Dulu tidak dalam otak sadarku tetapi tersimpan di bawah otak sadarku. Per hari ini aku katakan “Menjadi guru adalah keputusanku, bukan kebetulan apalagi terpaksa. Aku akan menikmatinya. Dan aku akan memperbaharui cita-citaku.”
Apa impian terbesar Anda menjadi seorang guru?
Kesuksesan seorang guru dilihat dari berapa banyaknya murid yang sukses. Keberhasilan seorang guru seyogianya dimaknai dari seberapa banyak manusia yang dimanusiakan. Mendidik yang sudah terdidik itu lebih mudah dibandingkan menjadi pendidik yang belum terdidik. Seorang guru yang mampu melulusakan anak yang selalu ranking dikelasnya ke PTN Favorit layak diapresiasi, namun itu standar. Meluluskan seorang anak ke PTN Favorit padahal dia diragukan semua temannya bahkan keluarganya, ini bagian dari keberhasilan guru.
Setiap guru sebaiknya bercita-cita menciptalan para bintang. Setiap guru standarnya menciptakan individu melebihi dirinya. Dan bagus lagi jika sang guru mempu membayangkan para murid menjadi apa di kemudian hari.
Apakah impian guru harus lebih hebat dari impian murid?
Jika seorang murid bercita-cita menjadi dokter, dia memperjuangkan hidupnya saja. dia akan membuat impian hidupnya itu sebagai sasaran tembaknya. Mungkin dia bercita-cita begitu karena pengaruh keluarganya yakni ayah ibunya dan kakaknya. Seorang murid bercita-cita untuk dirinya sendiri, seorang guru bercita-cita untuk seisi kelalsnya bahkan seisi sekolahnya. Mengapa? Karena satu pelajaran yang diajarkan seorang guru, tadinya dimiliki oleh sang guru sendiri, setelah 45 menit berlangsung, harapannya semua yang disampaikan telah menjadi milik 32 murid dalam satu kelas.
Jadi impian seorang guru harus minimal 32 kali dari impian muridnya. Impian guru harus lebih besar dari muriudnya. Seorang murid mungkin cukup menerawang dan menulis impiannya sekali untuk seumur hidup. seorang guru sebaiknya menulis impiannya sekali setahun. Karena murid yang diajari setiap tahun selalu berganti.
Seorang guru tidak cukup menjadi apa, tapi harus membuat apa
Di setiap sekolah pasti memiliki visi dan misi. Biasanya visi lebih sedikit dan mudah diingat sedangkan misi adalah penjabaran dari visi tersebut. Banyak orang yang membuat visi tapi lupa akan misinya, guru sebaiknya mengajarkan kedua-duanya. Namun sebelum mengajarkan keduanya.seharusnya guru memiliki visi dan melakukan misinya.
Mengapa? Karena menjadi apa sudah terjawab, yaitu menjadi guru. Lalu misinya, guru melakukan apa? Yang akan dibahas adalah hasil dari diri kita dalam profesi tersebut. Misalnya aku menjadi guru lalu membuat buku, membuat modul belajar yang sederrhana tetapi sangat membantu murid, atau guru yang membuat soal yang menarik perhatian dan minat muridnya untuk selalu semangat mengerjakan soal-soal.
Nah sekarang, Anda sebagai seorang guru mau membuat apa?
Sebelum kita menjawab membuat apa, ada baiknya kita jawab dulu mau jadi apa lagi dari keadaan hari ini. Sebelum menulis atau menjawab menjadi apa, ada 5 langkah untuk membuat impian kita hidup, yaikni:
1. Bayangkan Impian Anda
Ambil waktu tenang 10 sampai 30 menit di tempat yang menurut Anda nyaman. Sediakan kertas kosong dan pena untuk menulis. Jika Anda merasa ingin lebih khusuk, Anda bisa matikan penerangan dan gantikan dengan lilin kecil serta tutuplah kamar Anda. Bahkan untuk menambah suasana Anda bisa sambil mendengarkan musik instrumental sesuai selera Anda. Kata kuncinya bayangkan.
Bayangkan suasana kelas yang Anda rindukan baik dimasa lalu, masa sekarang, atau masa yang akan datang. Lalu berfokuslah pada suasana masa yang akan datang. Dari berbagai bayangan, pilihlah bayangan terkuat yang terdapat dalam imajinasi anda dan genggam erat dalam perasaan di kepalan tangan Anda. Setelah menggenggam bayangan itu , maka bukalah secara perlahan mata Anda anda.
2. Tulislah Impian Anda
Setelah mata Anda terbuka, tulislah bayangan terkuat tersebut pada kertas yang sudah Anda sediakan. Jika ingin memperoleh impian yang lebih kuat dan benar-benar hidup, sebaiknya tuliskan impian Anda tersebut berulang-ulang paa kertas kosong dan bingkailah satu lembar yang terbagus dan dipajang pada posisi yang mudah dibaca di rumah Anda.
3. Tulis Rangkaian Cerita
Untuk memperjelas gambaran impian tersebut, mulailah merangkai satu cerita pemerolehan impian itu pada masa yang akan datang. Tulislah dengan detail dan di saat terbayang suasana bahagia maka tersenyumlah, di saat terbayang mengharukan maka jangan halangi airmata menetes agar impian tersebut sudah menjadi realita bayangan pada saat ini.
4. Ceritakan
Kata-kata merupakan doa yang akan menjadi keadaan riil pada masa setelah kata-kata itu terucapkan. Adakalanya kata-kata itu segera terjadi, namun adakalanya agak lama terwujudnya. Untuk itu ceritakan impian hidup tersebt kepada orang-orang yang anda sayangi, ceritakan kepada suami, istri, anak-anak, murid, sesama rekan guru atau siapa saja yang selalu mensuport diri anda. Katakan dengan lantang dan jelas, serta dengan keyakinan bahwa impian anda tersebut itu akan menjadi kenyataan.
5. Doakan
Setelah keempat langkah di atas dilakukan, bagian terpenting adalah memfisualisasikan impian tersebut ke dalam doa dengan sepenuh hati. Anda sebaiknya segera mempraktikkan. Biasakan diri anda menuliskannya karena setidaknya ada dua jika anda manfaat melakukannya.
Pertama, memahami apa sebenarnya tujuan hidup anda setelah saat ini, apa yang akan anda dapat dan apa yang akan anda ciptakan. Kedua, dengan baik mengajarkan kepada murid anda tentang membuat impian hidup mereka.
[Bagian 3]